REPUBLIKA.CO.ID, Suasana senja di sekitar Menteng, Jakarta Pusat, dapat menjadi pilihan berikutnya untuk destinasi berbuka puasa pada Ramadhan ini.
Seperti, ngabuburit di Taman Ismail Marzuki (TIM), tempat masyarakat sekitar dapat berkumpul mencari jajanan berbuka, makan, sekaligus wisata seni di dalam area.
Sejak pukul 16.00 WIB, area gerbang gapura TIM sudah mulai dijejeri pedagang-pedagang kaki lima. Gerobak mereka memenuhi pinggir jalan.
Macam-macam jajanan ringan hingga makan besar tersedia di sana. Mulai dari kolak, sop buah, es kelapa, goreng-gorengan, sate padang, pecel ayam, ketoprak, siomay, hingga nasi padang dan warteg bergerobak tersedia.
Hal itu pun seakan menjadi magnet bagi umat Islam yang kerap ngabuburit. Menjelang berbuka, orang-orang mulai duduk-duduk mencari posisi nyaman hingga ketika azan Maghrib dikumandangkan, mereka berbuka bersama meskipun tidak saling mengenal.
Roni, penjual otak-otak di sana, mengatakan, area depan TIM ini selalu ramai. Kontras dengan area dalam TIM yang sedikit lebih lengang. “Biasanya, penjual-penjual ada sampai subuh di sini,” ujar pria tambun itu, kemarin.
Para umat Islam itu menyemut mulai menjelang berbuka. Sebelumnya, pengunjung bisa mencari suasana seni di dalam galeri TIM yang menawarkan wisata kreasi tanpa dipungut biaya.
Sebuah pameran sedang digelar di Galeri Cipta II, Pameran Calligraphy 2013. Dinding-dinding putih galeri kali ini disematkan beragam karya visual dari beberapa seniman. Dengan latar belakang ilmu seni rupa, sejumlah seniman ini mencoba menyebarkan syiar kalimat Allah melalui seni kaligrafi.
Tulisan Arab dengan beragam lafaz diperindah oleh permainan warna, tekstur, material, bahan, dan juga kreativitas. Memang kreativitas tanpa batas, tapi kreativitas yang diatur dan sesuai syar’i menciptakan aura yang menenteramkan.
“Memang, karena lafaz-lafaz ini bukan kalimat manusia, ini kalimat Allah,”ujar Dick Syahrir, Ketua Panitia Pameran Calligraphy 2013.
Terdapat delapan instalasi karya tiga dimensi dan 42 karya dua dimensi yang dipamerkan. Karya-karya ini berasal dari 30 seniman dengan beragam latar belakang ilmu. Mereka berasal dari Insitut Kesenian Jakarta, Insitut Seni Indonesia, juga Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka Sukabumi.