REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Jumlah mualaf yang tercatat se-Provinsi Maluku selama 2013, terdapat 3.000 orang. Sayangnya, ada 150 warga diantaranya yang kembali kepada agama semula.
“Ini akibat kurang adanya pembinaan,” ungkap Ustaz Abu Imam Rumbara, ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ambon, beberapa waktu lalu.
Data tersebut dikemukakan dalam pembukaan Pelatihan (Daurah) Tokoh Mualaf. Acara yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-Anshor Batu Merah, Kota Ambon, tersebut dipimpin oleh Ustaz Abu Imam Rumbara.
Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Idrus E Toekan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku H Mahyuddin Latuconsina MA, Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Maluku DR Muspida Sayuti, dan Ketua Pengadilan Agama Ambon H Ilham Mushaddaq.
Daurah yang berlangsung satu bulan penuh Ramadhan 1434 H itu diikuti 26 kader dai mualaf dari Pulau Buru, Seram, dan Ambon. Di antaranya, kepala Dusun Solan dan mahasiswa asal Pulau Seram.
Dalam kesempatan tersebut, pengurus Ponpes Al-Anshor Fuad Mahfud Azuz mengemukakan sejumlah data terkait demografi umat beragama di Maluku.
Provinsi yang terdiri atas 1.412 pulau dengan sembilan kabupaten dan dua kota itu berpenduduk 1,4 juta jiwa. Ini menurut sensus pada 2009. Khusus di Kota Ambon, jumlah penduduk Muslim berkisar 41 persen.
Dengan tingkat penduduk mencapai 1,14 persen, mayoritas penduduk Maluku adalah Muslim, sekitar 53 persen. Sedangkan, 46 persen sisanya adalah sebaran dari Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Ragam demografi penduduk dari keyakinannya itu pun didukung dengan fasilitas keagamaan berupa tempat ibadah. Pada 2013, tercatat sebanyak 2.000 unit masjid telah berdiri, gereja ada 2.345 unit, pura 10 buah, dan vihara lima unit.
Untuk membina kaum mualaf Maluku, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sejak 2010 menempatkan para dai sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M Natsir di sejumlah pedalaman, misalnya, di Pulau Buru dan Seram.
Di kedua pulau itu, para dai membina tak kurang dari 4.000 mualaf. Target yang hendak dicapai adalah meningkatkan kualitas dan status mereka hingga menjadi Muslim yang taat.
Guna menunjang kelancaran dakwah, pembiayaan disokong oleh Lazis DDII. Tak hanya penguatan akidah, para jamaah mualaf itu memperoleh pula pembinaan ekonomi dengan pembekalan usaha cocok tanam produktif.