REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mendekati lebaran, jumlah penumpang di Terminal Baranangsiang akan menurun dari tahun lalu.
"Kami menduga penurunan akan mencapai 6,14 persen, mengingat Kota Bogor tidak memiliki banyak pabrik," kata Kepala Seksi Angkutan Dalam Trayek, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor, Ari Priyono, Ahad (28/7).
Ari menuturkan, peningkatan penumpang hanya akan terjadi pada angkutan bus menuju wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Sumatera khususnya Medan dan Padang.
Penurunan jumlah penumpang ini, kata Ari, lebih besar dari tahub lalu yang mencapai 4 persen. Ini dikarenakan semakin banyak alterntif moda yang bisa digunakan warga.
"Kalau bus tujuan lokasi mudik tidak tersedia di terminal, penumpang bisa dengan mudah ke terminal besar di Jakarta menggunakan kereta yang tarifnya sudah murah," ungkap Ari.
Selain itu, adanya Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB) juga jadi solusia lain mejangkau terminal besar di Jakarta.
Naiknya tarif armada bus kelas eksekutif dan bisnis mendekati lebaran diakui Ari memang diserahkan pada mekanisme pasar. DLLAJ lebih melakukan pemantauan ke angkutan ekonomi.
Namun demikian, Ari mengaku pihaknya telah berbicara dengan 25 Perusahaan Otobus di Bogor terkait kelaiakan kendaraan, tarif, dan keteramgkutan penumpang.
"Kami sudah meminta PO untuk menyerahkan daftar tarif angkutan lebaran. Jika ada kenaikan tarif, mereka harus mengumumkannya sebelum penumpang menaiki bus," kata Ari menegaskan.
Kendati belakangan waktu tempuh ke wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih lama karena perbaikan jalur Pantura, Ari meyakinkan pemudik menuju dua wilayah itu tidak perlu khawatir. Ia optimis armada yang ada akan bisa mengangkut pemudik.
Sebagai kota penyangga ibu kota, Ari mengatakan tantangan Bogor justru pada kemacetan akibat meningkatnya jumlah pengunjung wisata saat hari raya.
Pemilik PO Indah Murni, Rudy Thehamihardja, mengatakan jumlah penumpang menjelang lebaran justru turun. Namun, masih ada armada bus miliknya yang disewa para pekerja untuk mudik bersama.
"Pengguna bus bahkan turun hingga 50 persen," ungkap Rudy. Rudy tidak menampik jika ini merupakan imbas semakin kompetitifnya harga dan fasilitas moda transportasi lain, salah satunya kereta api.