REPUBLIKA.CO.ID, Daya tarik Sydney Opera House yang megah mendadak sirna, tergantikan oleh kesederhanaan Masjid Tempe yang mengobati kerinduan untuk melaksanakan sholat tarawih di tanah air. Berikut ragam cerita pengalaman mengenai aktivitas yang dilakukan oleh komunitas masyarakat islam Indonesia di Sydney, Australia.
*******
“Jamaah yang parkir di pom bensin dan Railway station road, mohon memindahkan mobilnya ke tempat yang agak jauh, kita harus menjaga dengan tetangga-tetangga di sekitar kita. Kalau memang ada tempat kosong yang kita gunakan tapi alangkah baiknya kita agak jalan jauh sedikit demi menjaga agar kita semua dapat menyambut berkah kehadiran bulan Ramadhan ini” demikian pengumuman Ustadz Lukman Hakim, President Center of Islamic Dakwah and Education (CIDE) usai shalat Isya pada malam pertama menyongsong bulan Ramadhan 1434 H.
“Kehati-hatian” yang disampaikan oleh Ustadz Lukman Hakim tersebut, bukan hanya karena umat Muslim minoritas di Australia. Sebagai umat mayoritas pun, Islam selalu mengajarkan untuk menghormati tetangga dan orang-orang di sekitar lingkungan kita.
Umat Islam di Australia memang hanya 2,2 persen, ini jauh berbanding terbalik dengan di tanah air yang mayoritas penduduknya Muslim. Dari data wikipedia, 61 persen penduduk Australia adalah Kristen, termasuk diantaranya 25,3 persen adalah Katolik Roma dan 17,1 persen Protestan. Sementara 22,2 persen adalah pemeluk nonagama termasuk mereka yang atheis, humanis dan agnostik. Jumlah 2,2 persen umat Muslim di Australia berarti hanya kurang dari 500 ribu orang, bila dihitung dari populasi seluruh Australia sebesar 22 juta jiwa yang berarti hanya sepersepuluh dari penduduk Indonesia.
Perbedaannya, bila di tanah air hampir di setiap kelurahan atau daerah memiliki masjid atau mushola, tidak demikian halnya dengan di Australia. Umat Muslim yang ingin melaksanakan ibadah tarawih harus melakukan perjalanan untuk mencari masjid yang dekat di wilayah mereka. Beberapa kota bahkan tidak memiliki masjid sama sekali. Meskipun untuk kota-kota besar di Australia seperti Sydney, Melbourne, Perth, Adeleaide dan Canberra, mereka memiliki masjid.
Sydney tergolong kota yang banyak masjidnya karena selain banyak penduduk Australia yang berasal dari Timur Tengah seperti Libanon, Irak, Afghanistan, maupun komunitas Turki, Indonesia dan negara-negara yang banyak memiliki penduduk Muslim. Khusus di Sydney, jamaah Indonesia memiliki masjid sendiri. Masjid al Hijrah atau biasa juga dikenal dengan Masjid Tempe merupakan salah satu masjid dimana mayoritas pengurusnya adalah umat Islam dari Indonesia.
Di Sydney, terdapat kurang lebih 20 masjid yang tersebar di beberapa suburbs (kecamatan). Salah satu masjid terbesar dan tertua ada di suburb Auburn, yakni Masjid Auburn Galipoli. Dengan kubah birunya yang berukuran cukup besar maka masjid Auburn ini mirip dengan masjid berukuran menengah di tanah air.
Selain Auburn, suburb lain yang merupakan pusat komunitas Timur tengah adalah Lakemba. Di Lakemba terdapat mushola yang juga menjadi tempat bagi komunitas Timur Tengah untuk melaksanakan ibadah sholat termasuk sholat tarawih pada bulan Ramadhan. Selain masjid, Lakemba juga banyak menawarkan jajanan khas Timur Tengah yang mengggugah selera, seperti Pide,Baklava asal Turki. Ini mengingatkan pada Masjid Ampel di Surabaya yang juga memiliki ragam wisata kuliner beragam mulai dari sambosa, roti mariam atau cane yang khas.
Kedua masjid tersebut merupakan dua masjid yang relatif besar di Sydney, selain kedua masjid tersebut, ada masjid Surry Hills yang lebih kecil namun terletak cukup strategis di tengah kota. Ada juga beberapa hall yang disewa oleh komunitas muslim yang biasanya pada hari jumat disulap menjadi tempat sholat jumat dan pada bulan Ramadhan, apabila banyak jamaah yang ingin tarawih, mereka patungan untuk bersama-sama menyewa hall tersebut untuk dijadikan tempat shalat tarawih.
Sedangkan Masjid Al Hijrah berada di Eastern Suburb, pinggiran kota Sydney yang terletak dekat dengan Airport Sydney. Hanya berjarak kurang 400 meter dari IKEA, brand furniture asal Swedia yang cukup favorit di Sydney.
Suasana masjid Al Hijrah rata-rata selalu penuh tiap malam. Dengan luas sekitar 10 x 25 meter persegi, maka kurang lebih 200-250 jamaah setiap harinya hadir sholat tarawih di masjid tersebut. Masjid yang tegolong kecil tersebut menjadi oase bagi umat Muslim Indonesia di Australia untuk menyambut bulan penuh berkah, bulan dimana terdapat didalamnya malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Dari segi waktu, puasa Ramadhan di Sydney cukup pendek bila dibandingkan dengan di Indonesia. Waktu subuh mulai pukul 05.28, sedangkan waktu berbuka adzan maghrib masuk sejak pukul 17.03. Artinya, waktu puasa kurang dari 12 jam. Ini karena Australia sedang dalam musim dingin. Berkebalikan dengan musim di Eropa dan Amerika yang sedang musim panas. Meskipun Sydney tergolong kota yang musim dinginnya tidak terlalu dingin dengan suhu 7-17 derajat celcius, namun khususnya wudhu untuk shalat subuh, hawa dingin yang merasuk tubuh cukup mengemertakkan gigi dan membuat badan menggigil.
Tausiyah yang disampaikan di Masjid al Hijrah biasanya dalam bahasa Indonesia, namun demikian, dalam beberapa kesempatan juga menghadirkan beberapa ustadz yang memberikan tausiyah dalam bahasa Inggris. Meskipun waktu Isya sudah masuk sejak pukul 18.35, shalat Isya dan tarawih di Masjid Tempe dilaksanakan pada pukul 19.30. Ini untuk mengakomodasi jamaah-jamaah yang tinggalnya jauh
Jadi setelah shalat Isya, akan disampaikan kultum selama kurang lebih 7-15 menit, setelah itu shalat tarawih dan witir, baru kemudian dilanjutkan oleh kajian ramadhan setiap harinya yang disampaikan oleh Ustadz Aep Saepulloh Lc Ma. Ustadz Aep malam itu memberikan khutbah dengan tema 'Mengenal Surga rupanya mendapat sambutan yang cukup antusias oleh jamaah yang hadir. Meskipun waktu telah menunjukkan pukul 22.00, mayoritas jamaah masih menyimak penjelasan mengenai sungai-sungai di surga.
“Jadi ada empat sungai di dunia yang nanti juga ada di Surga yakni Jeihan, Saihan, Furat (Eufrat), dan Nil. ini merupakan nama-nama sungai di surga. Dalam ayat lain, sungai di surga itu akan mengali sungai madu, sungai susu, dan sunga arak. Namun araknya tidak akan memabukkan. Jadi kalau punya anak perempuan kalau bisa diberi nama empat ini, artinya sungai di Surga. Subhanallah” kata Ustadz Aep.
Selain tarawih, pengurus CIDE juga menyambut Ramadhan dengan berbagai kegiatan. Diantaranya Kultum short course Ramadhan, Family Talk in English, kajian dhuha, kajian Ashar, I’tikaf 10 malam terakhir, dan shalat Idul Fitri di lapangan masjid Tempe. Mereka yang mengikuti Kultum short course Ramadhan akan diberikan kesempatan untuk 'manggung' dan menyampaikan kultum pada saat tarawih.
Kiriman:
Mohammad Ridwansyah Saidi Ungsi, WNI di Sidney, Australia