REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkah Ramdhan tak hanya dirasakan oleh Umat Muslim. Meski puasa di bulan Ramadhan identik dengan ritual agama Islam, pemeluk agama lain bisa turut merasakan keberkahannya.
Salah satunya adalah Nurcahaya Sinaga. Perempuan Nasrani ini dapat merasakan keberkahan Ramadhan. Sejak 3 hari yang lalu ia menjajakan dagangannya di Halte Kota TransJakarta. Barang dagangannya adalah uang recehan baru.
Umat Muslim Indonesia membutuhkan uang ini untuk diberikan kepada sanak keluarga sebagai "salam tempel". "Salam tempel" ini sudah menjadi budaya Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.
Wanita asal Bekasi ini mengeluarkan modal 15 juta untuk ditukarkan menjadi uang receh baru. Uang-uang tersebut ia dapatkan di Monas. "Uangnya antre dari Monas, berapa hari saya ngantrinya. Di Monas kan ada 10 mobil," ungkap Nurcahaya saat ditemui RoL, Rabu (24/7).
Ibu dari 4 anak ini menyediakan uang dengan berbagai pecahan, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 20.000. Pecahan Rp 2000 menjadi yang paling banyak ditukarkan. Sekali penukaran uang pecahan Rp 2.000 dengan jumlah tertentu, ia akan mendapatkan keuntungan Rp 5.000.
Semakin besar pecahan uangnya, ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar setiap kali penukarannya. Tetapi, kerap kali ada orang yang tidak mau bayar dengan uang lebih. "Jauh-jauh saya dari Bekasi, biar ada tambahan uanglah. " ungkap Nurcahaya dengan dialek Bataknya.
Nurcahaya akan menjajakan uang recehan baru ini selama 2 minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri. Dalam kurun waktu itu, ia biasanya mendapatkan keuntungan Rp 5 juta. Berdagang seperti ini, sudah ia lakukan sejak 7 tahun yang lalu. Setiap tahunnya, uang recehen tersebut tak pernah bersisa.
"Kalau sudah malam lebarannya uang-uang ini sudah habis. Kalau tidak habis, saya setorkan dengan anak saya. Nanti anak saya yang meneruskan" ungkap Nurcahaya.
Nurcahaya bercerita bahwa sebenarnya ia sudah pernah diusir oleh pihak keamanan Halte TransJakarta. Pihak keamanan memintanya untuk tidak berdagang di dalam halte dan pindah lokasi. Tetapi ia tidak menginginkan hal itu. Alasannya adalah di lokasi lain orang tidak banyak yang lewat.
Ia pun bercerita kalau Ramadhan 3 tahun yang lalu adalah waktu emas baginya. Hal ini disebabkan dalam satu minggu uang recehan barunya habid tertkau dan mendapatkan keuntungan hingga Rp 7 juta.
Ramadhan beberapa tahun yang lalu juga menjadi pengalaman buruk baginya. Pasalnya ia menjadi kejahatan hipnotis. Uang Rp 300.000 dengan pecahan Rp 2.000 habis dibawa pencuri.
Nurcahaya bercerita saat itu sore hari, datanglah seorang laki-laki tua padanya. Laki-laki tersebut meminta tukar uang Rp 200.000 dengan pecahan Rp 2.000. Saat sibuk menghitung, ia diberi uang Rp 235.000 sebagai pembayaran. Lalu laki-laki tersebut meminta lagi dengan paksa pecahan uang yang sama dengan jumlah Rp 100.000. Dengan santainya, laki-laki itu berterima kasih dan pergi.
"Saya sadar saat sore harinya. Kenapa bapak itu hanya membayar uang Rp 200.000? Saya kebingungan. Saya masih ingat benar itu muka bapaknya" cerita Nurcahaya dengan serunya.
Saat ditanya tentang takutnya terjadi lagi. Ia menjawab tidak takut. "Itu terjadi karena kelalaian saya. Tapi saya yakin Yesus akan selalu melindungi dimanapun saya berada. Sekarang saya tidak takut" ungkap Nurcahaya.
Ia menjelaskan, ia sedang sakit. Wanita yang tinggal di Bekasi ini memiliki penyakit diabetes atau gula darah. Kerap kali, ia merasakan lemas dan pusing saat berdagang. Tetapi, ia berpikir harus tetap berdagang karena jika tidak maka tidak akan bisa makan.