REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perjuangan umat muslim di Australia, tidak hanya untuk merasakan nikmatnya ramadhan. Namun juga untuk berjuang untuk bersama-sama mendapatkan sarana dan prasarana ibadah yang memadai. Dalam setiap tempat ibadah, harus didukung dengan ketersediaan dana yang cukup. Di balik tempat ibadah yang ada, selalu terdapat militansi pengurus yang menjadi motor untuk mengumpulkan dana dari jamaah yang ada.
Hal ini disebabkan sewa tempat/harga rumah di Australia, khususnya Sydney yang terus meningkat. Apalagi mata uang dolar Australia juga sempat meningkat melebih dolar AS, meski saat ini kondisinya sudah berada di bawah kurs mata uang dolar AS.
Jangankan harga rumah, untuk harga apartemen sederhana dengan dua kamar di pinggiran kota Sydney harganya bisa mencapai 350 ribu-650 ribu dolar Australia (sekitar Rp 3,5-6,5 miliar). Harga rumah relatif lebih mahal dari harga apartemen yang sederhana. Namun Sydney juga menawarkan berbagai apartemen kelas atas yang harganya berlipat-lipat dari apartemen sederhana tersebut. Kota-kota di Australia, termasuk Sydney memang termasuk salah satu kota dengan biaya hidup yang tinggi.
Selain Center of Islamic Dakwah and Education (CIDE) yang telah mengelola Al Hijrah Mosque, di Sydney ada organisasi masyarakat Islam Indonesia yang juga tidak kalah aktifnya yakni Iqro Foundation. Resmi berdiri sejak tahun 1998, Iqro merupakan salah satu organisasi Islam di Sydney yang senantiasa aktif dalam berbagai program dakwah sosial, yang diperuntukkan khususnya bagi masyakarat Indonesia dan masyarakat Sydney umumnya. Sejak berdirinya hingga kini telah beranggotakan kurang lebih 100 kepala keluarga.
Salah satu program yang bersifat rutin seperti aktivitas majelis taklim pekanan, penyelenggaraan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Salsabeela, program Gema Ramadhan tahunan, sampai dengan sejumlah program-progam khas yang diadakan ditingkat Sydney, diantaranya Festival Anak Muslim 2001, Seminar Keluarga Bersama kak Seto 2002, Pesantren Kilat Pelajar 2001-2003, Festival Pendidikan Al ’Ilma 2006, hingga Parenting Seminar 2012.
Bila CIDE bermarkas di Masjid Tempe, maka Iqro berlokasi di daerah barat Sydney di dekat daerah punchbowl, tepatnya di Iqro House yang beralamat di 39 McCourt St, Wiley Park. Di tahun 2012, Iqro Foundation telah membeli bangunan yang akan menjadi sentra kegiatan dari semua aktivitas. Dengan bermodalkan donasi dari seluruh anggota dan komunitas muslim di Sydney, diharapkan bangunan ini bisa dilunasi pada akhir tahun 2015.
Pinjaman untuk membeli unit Iqro House tersebut cukup besar lebih kurang 400 ribu dolar Australia (kurang lebih Rp 4 miliar), sehingga berbagai cara kreatif digunakan untuk mengumpulkan dana untuk menutup pinjaman tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan fundraising (penggalangan dana). Pada Selasa (23/7) kemarin, dengan menghadirkan tausiyah dari Dr Attabik Lutfi MA, Iqro mencoba menarik minat umat muslim yang berkeinginan untuk berpartisipasi dalam pengumpulan dana tersebut.
Penggalangan dana dilakukan mulai dengan metode lelang barang (auction). Beberapa jamaah yang menyumbangkan barangnya dilelang kepada jamaah lainnya yang ingin memiliki barang tersebut sekaligus menginfakkan hartanya dapat menawar barang tersebut. Ini karena hasil penjualan dari barang tersebut diberikan kepada Iqro foundation. Ragam barang yang ditawarkan cukup variatif, mulai setrikaan, toaster, mixer, hingga jam tangan Tag Heuer kesayangan direlakan untuk dilelang demi membantu mendapatkan dana untuk menutup pinjaman yang ada.
Selain lelang, satu persatu hadirin yang hadir juga ditanya mengenai berapa jumlah mereka ingin menyumbang. Mulai anak, istri dan sang suami diharapkan partisipasinya dalam pengumpulan dana tersebut. Cara yang lebih moderat dilakukan dengan komitmen sedekah (pledge). Melalui metode ini para jamaah tidak harus melunasi komitmen tersebut dalam hari itu juga. Jamaah diberikan waktu hingga bulan Ramadhan selanjutnya untuk memenuhi komitmen yang telah mereka sampaikan.
Hasilnya, cukup menggembirakan, acara yang berlangsung sejak pukul 16.00 hingga kurang lebih pukul 19.00 waktu setempat sebelum akhirnya berlanjut ke acara tarawih tersebut berhasil mengumpulkan dana serta komitmen sebesar 126 ribu dolar Australia (sekitar Rp 1,2 miliar). Meskipun jumlah tersebut sebagian besar baru merupakan komitmen investasi, namun sudah merupakan seperempat lebih dari jumlah pinjaman yang harus dilunasi setidaknya hingga 2015.
“Saya cukup bangga dengan Sydney, baru ini saya lihat jamaah Indonesia punya masjid sendiri. Di banyak negara yang saya kunjungi biasanya Turki, ataupun masjid yang dimiliki oleh IPB. Bukan Institut Pertanian Bogor, melainkan India Pakistan dan Bangladesh yang juga banyak memiliki masjid di luar negeri,” kata Ustadz Attabik Lutfi.
Penulis:
Mohammad Ridwansyah Saidi Ungsi, WNI di Sydney, Australia.