Sosialisasi Mudik dengan Dongeng

Rep: Mg14/ Red: A.Syalaby Ichsan

Rabu 24 Jul 2013 14:01 WIB

 Iring-iringan sepeda motor pemudik bercampur dengan kendaraan lainnya terlihat menuju Jakarta di Jalan Ahmad Yani, Bekasi, Jawa Barat, Ahad (26/8). (Aditya Pradana Putra/Republika) Iring-iringan sepeda motor pemudik bercampur dengan kendaraan lainnya terlihat menuju Jakarta di Jalan Ahmad Yani, Bekasi, Jawa Barat, Ahad (26/8). (Aditya Pradana Putra/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mudik dinilai seringkali memberi stres kepada anggota keluarga. Anak-anak pun seringkali menjadi korban.

Gerakan para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GEPPUK), didukung Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI, Fatyat NU, Pos Advokasi dan Kepedulian terhadap Anak (PAKT)A, Dompet Dhuafa dan Lingkar Studi Anak Nusantara (LiSAN), menggelar kampanye Mudik Rumah Anak.

Kampanye ini bertujuan memberikan penyadaran kepada masyarakat dan pemerintah mengenai mudik yang aman, nyaman dan sehat untuk keluarga, khusunya kepada anak. Kepetingan dan keselamatan anak pada saat mudik harus menjadi prioritas yang utama terutama selama perjalanan.

"Kita perlu mengingatkan kepada masyarakat atau pemerintah tentang mudik yang aman, nyaman dan sehat sehingga kepentingan dan keselamatan anak menjadi prioritas yang utama dalam selama perjalanan", ujar Maria Advianti, Sekretaris KPAI saat di temui di Jakarta, Selasa, (23/7)

Seperti yang kita ketahui, angka kematian saat mudik menjelang Lebaran selalu meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan pengalaman tahun 2012 lalu, angka kecelakaan selama arus mudik dan balik Lebaran naik hingga 10,3% di bandingkan tahun 2011.

Angka kecelakaan lalu lintas selama musim mudik lebaran 2012 mencapai 5.233 kasus.  Dari jumlah tersebut, pengendara sepeda motor yang paling mendominasi, hingga mencapai 72 persen.

Adapun jumlah korban meninggal tercatat sebesar 908 korban. Sementara korban yang mengalami luka berat sebanyak 1.505 orang dan luka ringan 5.139 orang.

Dalam kasus seperti itu, tentu anak-anaklah yang menjadi korban pertama, baik yang menjadi korban langsung maupun menjadi yatim/piatu karena orang tuanya cacat/meninggal akibat kecelakaan.

Kegiatan kampanye ini di hadiri sekitar 20 anak lebih yang di datangkan dari komunitas Utan Kayu. Adapun kegiatan kampanye ini di lakukan dengan metode mendongeng sebuah kisah tentang perjalanan mudik.

Tidak hanya di Bundaran HI, metode mendongeng tersebut akan di lakukan dengan cara mensosialisasikan Mudik Ramah Anak di berbagai lokasi buka puasa bersama anak-anak, pengajian dan sebagainya selama Ramadhan.

Sosialisasi juga dilakukan  di titik-titik pemberangkatan mudik, seperti terminal, pelabuhan, posko mudik bersama dan sebagainya. Sosialisasi ini akan dilakukan mulai satu minggu sebelum lebaran.

Terpopuler