Syaraf Sehat Berkat Puasa

Rep: rosita budi suryaningsih/ Red: Damanhuri Zuhri

Senin 22 Jul 2013 22:04 WIB

Pengajian ibu-ibu (ilustrasi). Foto: Republika/Musiron Pengajian ibu-ibu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, --

Syaraf bisa diperkuat dengan vitamin B1, B6, dan B12 yang banyak terdapat dalam beras merah dan beras pera.

Syaraf merupakan sistem dari tubuh yang paling vital. Kumpulan miliaran sel syaraf pusat terkumpul di otak mengatur semua sistem tubuh yang lain.

Setiap sel syaraf, yang tersusun dalam tubuh dari kepala hingga ujung kaki, mempunyai fungsi sendiri-sendiri, yaitu fungsi motorik sebagai pengatur gerak, sensorik sebagai penerima rasa, dan fungsi otonom, untuk melakukan hal-hal yang sering tidak disadari.

Sel-sel syaraf agak berbeda dengan sel pada tubuh lainnya. Jika sel tubuh lain rusak, mereka dengan mudahnya bisa melakukan regenerasi.

Hal yang berbeda berlaku pada sel-sel neuron penyusun sistem syaraf. Sekali mereka rusak, yang terjadi adalah kerusakan permanen, tidak bisa diperbaiki lagi.

“Neuron tidak bisa membelah diri atau menghasilkan neuron lainnya,” ujar konsultan neurologis RS Cipto Mangunkusumo, Manfaluthy Hakim, Selasa (16/7).

Sel-sel syaraf juga sangat sensitif. Jika tubuh terkena racun, dari manapun asalnya, sel-sel penyusun sistem syaraf menjadi bagian yang pertama kali terdampak sebelum sistem dan organ tubuh lainnya. Ketika telah berusia lebih dari 40 tahun, risiko sel syaraf mengalami kerusakan ini menjadi lebih tinggi.

Nah, lalu apakah hubungannya puasa dengan sistem syaraf. Menurut Manfaluthy, berpuasa berarti membuat input asupan makanan berkurang.

Semua sisa hasil metabolisme tubuh yang tersimpan di lemak akan diambil oleh tubuh sebagai sumber energi. Ketika berpuasa inilah tubuh mendapatkan kesempatan untuk melakukan detoksifikasi.

Detoksifikasi ini merupakan proses pengurangan kadar racun dari dalam tubuh karena zat racun yang tersimpan di lemak akan larut dan dikeluarkan oleh tubuh.

“Zat-zat buangan yang selama ini tidak diperlukan oleh tubuh tapi tersimpan di lemak akan berkurang,” kata Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Pusat ini.

Detoksifikasi ini akan menyebabkan penurunan jumlah radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul yang tak memiliki pasangan yang biasanya mengambil elektron dari sel tubuh yang sehat. Akibatnya, jika sel tersebut tertempel oleh radikal bebas, sel akan menjadi rusak.

Seperti dijelaskan di atas, jika sel syaraf rusak, ia susah diperbaiki lagi. Untuk itu, jika kadar radikal bebas menurun, berarti potensi kerusakan sel-sel syaraf pun menjadi menurun.

Selama berpuasa, Manfaluthy menjelaskan, tubuh akan mengalihkan penggunaan sumber energi dari glukosa ke lemak secara perlahan. Hal ini bisa mencegah kerusakan otot dan syaraf.

Satu lagi manfaat berpuasa adalah bisa meningkatkan kondisi mental, kewaspadaan, dan kefokusan. Dari sisi medis, hal ini bisa dirunut karena ketika berpuasa, tubuh akan banyak menghasilkan hormon endomorfin. “Hormon ini bisa berfungsi untuk mengontrol diri kita,” kata Manfaluthy.

Ketika berpuasa, jumlah hormon ini akan mengalami peningkatan dalam darah setelah beberapa hari berpuasa. Hormon ini juga berfungsi untuk mengatasi rasa sakit.

Sistem syaraf yang sehat mutlak diperlukan oleh tubuh. Dengan berpuasa, ternyata bisa memelihara kesehatan sel-sel yang sulit mengalami regenerasi ini.

Kesehatan syaraf juga perlu dijaga dengan cara mengonsumsi asupan gizi seimbang, cukup istirahat, dan teratur berolahraga.

Zat yang bisa menguatkan kerja sel-sel syaraf adalah vitamin B1, B6, dan B12. Zat-zat ini banyak terdapat dalam beras, terutama beras merah dan beras pera, bukan beras pulen yang telah mengalami proses pengolahan modern yang menghilangkan kandungan vitamin B.

Selain minim vitamin B, beras pulen juga tinggi kadar gula darahnya sehingga tidak disarankan dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus.

Selain itu, ketiga vitamin ini juga banyak terkandung dalam sayur-sayuran dan buah yang mengandung banyak serat serta daging. “Makanan yang mengandung vitamin ini harus banyak dikonsumsi karena tubuh tak bisa memproduksi vitamin sendiri,” ujarnya.

n rosita budi suryaningsih

Terpopuler