Kebutuhan Uang Tunai Tetap Meningkat

Rep: Satya Festiani/ Red: Dewi Mardiani

Senin 22 Jul 2013 14:24 WIB

Gedung Bank Indonesia Foto: Republika/Wihdan Hidayat Gedung Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyatakan kebutuhan uang tunai tetap meningkat menjelang lebaran walaupun cashless society tengah digalakan. BI mencatat kebutuhan uang tunai di seluruh Indonesia mencapai lebih dari Rp 103 triliun.

Mulai 10 Juli hingga 2 Agustus, BI menyediakan 60 tempat penukaran uang pecahan kecil di Provinsi DKI Jakarta, di antaranya di Pasar Baru, Tanah Abang, Rawamangun, dan lapangan IRTI Monas dalam menyambut Idul Fitri.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Lambok Antonius Siahaan, mengatakan hingga minggu lalu, penukaran uang tunai di IRTI Monas mencapai Rp 9,47 miliar. "Proyeksikan sampai 2 Agustus mencapai Rp 58,4 miliar di Monas," ujar Lambok dalam Kegiatan Layanan Penukaran Uang Pecahan Kecil Bersama 11 Bank di Monas, Senin (22/7).

BI mencatat hingga Jumat (19/7) sebanyak 4.600 orang telah menukarkan uangnya di Monas. Masyarakat diimbau untuk menukarkan uang mereka di tempat-tempat resmi. "Kalau menukar di tempat-tempat tidak resmi itu ada resiko. Resiko akurasi dan resiko hal-hal yang tidak kita harapkan," ujar dia.

Sementara itu, penukaran uang nasional hingga Jumat telah mencapai Rp 13 triliun. Secara nasional, kenaikan kebutuhan uang tunai mencapai 20-30 persen. Penggunaan e-banking untuk mendukung cashless society juga meningkat, tetapi tidak setajam perkembanggan permintaan uang tunai. "Masih ada unsur culture. Kita dorong supaya e-money sama-sama melengkapi," ujarnya.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Rosmaya Hadi, mengatakan tren penggunaan nontunai meningkat. "Kalau dilihat secara statistik slope tunai melambat naiknya." Tahun ini diharapkan ada program edukasi kepada masyarakat mengenai layanan nontunai seperti layanan transfer phone to phone (P to P). 

Penggunaan nontunai, menurutnya meningkat karena telah terkoneksinya jaringan ATM Alto, Artajasa (ATM Bersama), dan Prima/Rintis. PT Bank Tabungan Negara, Tbk (BTN) telah menyiapkan Rp 4,9 triliun di 1.497 ATM dan Rp 15,8 triliun di 820 outlet. "Kebutuhan uang tunai naik 35 persen," ujar Wakil Direktur BTN, Evi Firmansyah.