REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan kali ini, pasar takjil yang berada di Jalan Rawa Belong, Jakarta, lebih sepi dari tahun lalu. Melonjaknya harga bahan sembako membuat pedagang sulit untuk berjualan.
"Bahan-bahan sekarang mahal semua. Jadi, orang bingung buat belanjanya. Harganya mau dimahalin, kasian yang beli. Mau dimurahin, kita yang rugi" ungkap Cici, pedagang gorengan kepada RoL, Kamis (18/7).
Cici adalah pedagang dadakan gorengan dan kue-kuean. Ia hanya akan berjualan di bulan Ramadhan tetapi hari biasa tidak.
Jalan Rawa Belong tetap ramai tetapi ramainya adalah kendaraan yang lalu lalang dan macet. Tetapi, sekarang padatnya kendaraan tersebut tidak mempengaruhi penjualan takjil.
Penjual gorengan sejak 12 tahun yang lalu Zula juga mengeluhkan hal yang sama. Bahan-bahan yang mahal membuat daya beli menurun. Akhirnya, para penjual pun putus asa karena takut merugi lebih besar.
"Biasanya saya jual lauk tapi sekarang nyerah. Abisnya harga cabe mahal, yaudah dagangnya seadanya aja" ungkap Zulfa dengan gaya bicara Dialek Betawi.
Cara Zulfa untuk menanggulangi dagangan yang tidak terjual adalah dengan menurunkan harganya. Hal yang terpenting baginya adalah bisa kembali modal. Untungnya selama ini Zulfa tidak pernah mengalami dagangan bersisa. Jadi, dagangarnnya selalu habis.
Jika hari biasa, Zulfa tetap berjualan gorengan seperti Ramadhan. Walaupun faktanya seperti ini, Zulfa tetap menganggap Ramadhan adalah waktu yang sangat menguntungkan untuk berjualan. Pasalnya, hari biasa ia hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit sedangkan Ramadhan lebih besar dari hari biasa.