REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Muslim di Somalia menjalani puasa Ramadhan tersulit. Situasi keamanan yang belum reda, ditambah lagi krisis ekonomi yang melimbungkan harga kebutuhan pokok, membuat warga di negara miskin kian itu tercekik.
Situasi pasar itu membuat warga resah. Kanal berita Allafrica menyebutkan, melonjaknya harga kebutuhan pokok sudah terasa sejak awal Ramadan, Rabu (10/7) lalu. Situasi ini membuat puasa tidak semarak. Para spekulan dan pedagang dituduh sebagai penyebab kenaikan harga-harga pangan itu.
Masyarakat mengeluhkan kenaikan harga secara mendadak dan tidak terduga saban hari, dan meminta Presiden Somalia Sheikh Hassan Mohamud, turun tangan mengatasi. Teriakan masyarakat itu memang belum ada tanggapan. Namun dikatakan, beberapa pejabat lokal ikut menyuarakan.
''Kami meminta para pedagang memiliki belas kasih untuk tidak mematok harga makanan yang tinggi selama Ramadhan,'' kata seorang muslim di Kabupaten Wabari Aadan Hussein, Rabu (17/7), dan dilansir Allafrica, Kamis (18/7).
Allafrica menyebutkan, kebutuhan barang pangan selama Ramadhan memang tinggi. Sejumlah komoditas seperti beras, tepung, gula, dan minyak goreng dipatok harga tinggi. Beras dilepas dengan harga 260 ribu shilling atau setara dengan Rp 285 ribu per karung dengan berat 50 kilogram. Padahal sebelum Ramadhan, beras serupa dipatok harga 532 shilling.
Harga yang sama juga berlaku untuk daging. Daging sapi dan kambing mencapai harga 120 shilling per kilogram. ''Harga bahan pangan sudah terasa tidak terjangkau,'' kata pengamat pasar setempat, Ahmed Hussein.