REPUBLIKA.CO.ID, DETROIT -- Sebelum Ramadhan, rasanya sulit bagi keluarga Muslim di sana sekedar berkumpul. Ini karena setiap anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing.
Zinab Allie, dan ibundanya, Jamiley Cheikh menjadi contohnya. Pada hari biasa, intensitas pertemuan keduanya begitu kurang. Tapi Ramadhan membuat ibu dan anak ini kembali kompak.
"Kalau dianalogikan Ramadhan itu Thanksgiving-nya Muslim. Kami bisa masak bersama dan membantu satu dengan yang lain," kata Allie, seperti dikutip Detroit Free Press, Kamis (18/7).
Bagi sebagian Muslimah Detroit, memasak bersama untuk sajian berbuka dan sahur merupakan hal istimewa. Itu momentum mempererat hubungan antara anggota keluarga. Mereka merasa semakin dekat satu dengan yang lain.
"Ketika Ramadhan anda akan tahu betapa luar biasanya ritual memasak antara ibu dan anak," kata Cheikh. Sembari memasak, ada banyak obrolan yang muncul. Mulai situasi dunia, hingga apa yang dialami masing-masing anggota keluarga,
"Kita ini memang terlalu sibuk, nah jadinya kami tidak sempat berbicara satu dengan yang lain secara intensif," kata dia.
"Teknologi mungkin saja memotong jarak, tapi tidak bisa menggantikan obrolan tatap muka.Inilah yang membuat betapa luar biasa kedekatan keluarga di masa lalu," tambahnya.
Di Deaborn, Najah Bazzy mengaku memasak bersama anak perempuannya merupakan momen istimewa. "Aku sangat menantikan obrolan ketika memasak. Tak lupa, disini kami menyiapkan makanan istimewa untuk berbuka," kata dia.
Bazzy mengakui rutinitas sehari-hari membuatnya kurang intens berkomunikasi. Namun, Ramadhan mengingatkan kembali agar komunikasi itu tetap terjaga dan kembali intim. "Memang benar memasak bersama itu anugerah yang luar biasa," kata dia.