REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Pemuda Maroko menaruh harapan besar selama Ramadhan guna menjadi pribadi yang kian dekat dengan Allah SWT sekaligus mendapatkan ketenangan dan kedamaian batin. Ini diharapkan pula akan terus berlanjut hingga akhir Ramadhan nanti.
Hatim Cherif misalnya, pemuda berusia 24 tahun ini bahkan mengambil cuti guna memaksimalkan Ramadhan untuk beribadah. Ramadhan merupakan kesempatan merevitalisasi jwanya dan menemukan ketenangan serta kedamaian.
"Sayang, ini yang tidak pernah berlanjut dikalangan pemuda. Kesalehan hanya berlaku satu bulan saja," kata dia seperti dikutip Magharebia, Rabu (17/7).
Pemikiran ini menarik perhatian sosiolog Samira Kassimi. Menurut dia, perubahan prilaku perlu dilihat dalam perspektif positif. Misalnya, banyak orang Maroko yang berhenti merokok.
"Tentu saja, kita harus berpikir bagaimana perubahan positif ini bertahan di luar Ramadhan. Untuk ini, media memiliki peranan penting," kata dia.
Tak hanya mencari ridha-Nya, pemuda Maroko juga memanfaatkan momentum Ramadhan mencari rezeki. Mereka yang sebelumnya enggan berdagang mencoba belajar. Beberapa hari belajar, mereka mulai merasakan betapa besarnya rahmat Allah SWT pada bulan suci ini.
Ekonom Medhi Ziani mengatakan Ramadhan merupakan peluang emas bagi mereka yang ingin meraup rezeki lebih banyak dari biasanya. Tapi ada baiknya usaha ini tetap dilanjutkan dibulan biasa. Karena berdagang merupakan cara cepat menuju kesejahteraan meski memang berbanding lurus dengan risiko merugi.
Hiba Cherati, 20 tahun, sudah menjadi tradisi ketika Ramadhan ia berjualan kue dan biskuit. Selama berjualan, ia banyak dibantu adiknya.
"Alhamdulillah, dengan ini saya bisa meringankan beban orang tua," kata dia.