Puasa Jadi Terapi Hadapi Kenaikan Harga-Harga Sembako

Red: Didi Purwadi

Rabu 17 Jul 2013 11:40 WIB

Harga sembako melonjak.   (ilustrasi) Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Harga sembako melonjak. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMUNTAI -- Berpuasa di bulan suci Ramadhan bisa menjadi obat atau sarana terapi bagi umat Islam di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, yang resah menghadapi kenaikan harga sembako, bencana banjir, dan musibah lainnya.

"Ada hikmah di balik bulan Ramadhan 1434 Hijriah, yakni sebagai terapi bagi warga yang kini pikirannya terguncang akibat mahalnya harga-harga sembako dan terjadinya bencana banjir serta lainnya," kata ustaz Barkatullah Amin di Hulu Sungai Utara, dalam penjelasan yang disampaikan kepada Antara, Rabu.

Ia menyadari melambungnya harga-harga kebutuhan sembako pasca kenaikan harga BBM terlebih menjelang Ramadhan menimbulkan tingkat kesulitan di tengah masyarakat. Itu khususnya masyarakat kecil.

Karena itu, masyarakat harus lebih bijak dalam menyikapi masalah yang dihadapi. Caranya dengan melakukan penghematan, membeli keperluan hidup berdasarkan prioritas kebutuhan, dan meningkatkan usaha dalam mencari penghidupan.

"Kita harus lebih kreatif dan bijak dalam menjalani hidup agar terhindar dari stres," imbuhnya.

Ia kembali mengimbau warga untuk tidak berlaku konsumtif dalam berbelanja keperluan berbuka puasa maupun memenuhi kebutuhan lebaran.

Masyarakat harus mampu menangkap esensi yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, yakni meningkatkan kesabaran, pengorbanan dan kepedulian sosial.

"Banyak dari saudara kita sesama muslim masih membutuhkan uluran tangan. Mereka perlu dibantu," katanya.

Dengan menjalankan ibadah puasa, maka diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan antarsesama muslim khususnya dengan membantu warga yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Terpopuler