Berbagi Gerobak demi Pulang Kampung

Rep: Mg05/ Red: A.Syalaby Ichsan

Jumat 12 Jul 2013 22:53 WIB

Manusia gerobak (ilustrasi) Foto: Republika/Rakhmawaty Lalang Manusia gerobak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Siang itu matahari bersembunyi, hujan turun membasahi bumi. Di bawah atap balai  bambu pinggiran jalan di selatan Jakarta, duduk berteduh Warnoto (30) beserta ketiga keponakannya. Sejenak, dia melepas keletihannya. 

Warnoto adalah salah satu ‘manusia gerobak’ yang kini makin banyak di temui di sudut Jakarta. Sudah 17 tahun kehidupan keras itu itu dilakoninya. Namun hidup di jalanan selama 17 tahun tidak membuat Warnoto melalaikan perintah Sang Khalik.

Bulan Ramadhan ini Warnoto tetap menjalankan ibadah puasa. Ditemani keponakan-keponakannya, Warnoto tetap turun memungut kardus maupun botol bekas di jalanan. ''Sehari biasanya bisa dapet Rp 50 ribu, tapi kalau bulan puasa mah sepi mbak, paling Rp 30-40 ribu,'' ujar pria asal Indramayu ini.

Sepinya penghasilan tidak membuat Warnoto patah semangat dan berhenti berusaha. ''Kalau di bulan puasa saya harap orang dermawan mau membantu orang susah seperti saya, lagian kerjanya jadi lebih berkah kalau di bulan puasa,'' tambahnya.

Bila sang surya telah bersembunyi, terkadang Warnoto tidur di dalam gerobak atau menempati lapak tempat teman-teman seprofesinya berkumpul.

Dia menjual barang-barang yang dipungutnya di daerah Kebagusan, Ragunan. Saat sahur tiba, dia makan seadanya. Setelah itu, dia mulai bekerja seperti biasa lagi. 

Mendekati waktu berbuka tiba, Warnoto biasanya mengharapkan berbuka gratis di m asjid-masjid yang ditemuinya di jalan. Begitulah rutinitas keseharian Warnoto di saat berpuasa.

Saat Shalat Tarawih,  dia tetap melanjutkan kerja. Ayah satu putra ini mengatakan, saat pulang ke lapak, biasanya dia taraweh di masjid dekat tempatnya itu. 

Di bulan penuh rahmat ini, Wartono terpaksa harus bekerja terpisah dengan istri dan anaknya yang baru berumur 4 tahun. Hal itu dilakukannya demi menambah penghasilan untuk bekal kembali ke kampung halamannya di Indramayu nanti. 

''Kalau bulan puasa, biasanya istri saya bawa gerobak sendiri untuk nambah penghasilan buat nambah bekel pulang ke kampung,'' katanya. 

Di hari kemenangan nanti, Warnoto biasa merayakan hari besar bersama keluarga besarnya di sana. Bersama Fatmawati, istrinya, beserta sanak keluarga mereka berbondong pulang berbagi suka cita.

Pria lulusan SD yang murah senyum ini, tak putus asa terusn berusaha. Dia megatakan, di saat situasi seperti sekarang ini, harga BBM, juga sembako yang terus naik, membuat hidupnya terasa sangat susah.

Namun tanpa lelah, dia terus membanting tulang dan memeras keringatnya sembari tetap menahan haus dan lapar demi menjalan perintah Ilahi. ‘'Yang penting ikhlas,''  ujarnya. 

Terpopuler