Puasa Meredam Cela

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Heri Ruslan

Kamis 11 Jul 2013 01:00 WIB

Puasa (ilustrasi) Foto: IST Puasa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Puasa bisa menjadi sarana untuk membentengi diri dari perbuatan keji dan mungkar. Hal itu terjadi kalau puasa ditunaikan secara benar, tidak hanya formalitas. Anggota Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Nanat Fatah Natsir mengatakan, realitas yang terjadi di masyarakat, tingkat kejahatan tidak berkurang selama Ramadhan.

Hal itu, kata dia, menandakan ada sebuah paradoks dalam diri masyarakat yang harus diluruskan. Sebab, semangat puasa mengajarkan kepada siapa pun untuk bisa menahan diri dari perbuatan keji. Yang terjadi adalah perilaku korupsi terus berjalan, meski menjalankan puasa. Problemnya sekarang, bagaimana ibadah puasa mampu mengubah perilaku kita, katanya, Selasa (9/7).

Menurut Nanat, sangat miris melihat fenomena masyarakat Indonesia yang mayoritas penganut Islam malah mendapat label sebagai negara dengan tingkat korupsi tinggi. Kondisi itu terjadi lantaran ajaran agama tidak diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, masyarakat terjebak ke dalam ritual dan formalitas yang cenderung mengabaikan esensi beribadah dengan benar.

Nanat menilai, ada sebuah jurang pemisah antara pemahanan agama dengan praktik di lapangan. Masyarakat mungkin tahu mana yang benar dan salah untuk dilaksanakan. Tapi, karena pengetahuan agama hanya didapat dari doktrin dan sekadar hafalan, konsekuensinya tidak berpengaruh dalam kehidupan sosial.

Internalisasi nilai-nilai agama tidak dilakukan. Dengan berpuasa, seharusnya setiap orang bisa tidak lagi melakukan korupsi, kata Nanat. Mantan rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, ini mendesak pemerintah untuk segera mencarikan solusi atas persoalan kritis itu. Fenomena beribadah terus dilakukan, tapi berbuat pelanggaran juga tetap marak terjadi.

Nanat menduga, bisa jadi masyarakat melakukan tindakan kontradiktif karena pendidikan agama yang diterimanya tidak menyentuh substansi. Karena itu, ia menyarankan agar ada kebijakan pemerintah untuk membuat gebrakan pendidikan dengan mengubah sistem satu arah, seperti menghafal dan indoktrinasi.

Kalau langkah itu tidak ditempuh, ia memprediksi, agama tidak cukup menjadi benteng bagi masyarakat. Khususnya, dalam mencegah mereka melakukan perbuatan menyimpang. Ketika mengajarkan korupsi itu melanggar ajaran agama dan menyengsarakan umat, sambungnya, anak didik sebaiknya tidak hanya belajar di kelas.

Model pendidikan seperti itu, ujar dia, tidak akan berhasil membentuk karakter. Anak lebih baik diajak berkunjung ke penjara sebagai visualisasi agar membekas dalam ingatannya dampak buruk orang korupsi, kata Nanat.

Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Achmad Satori Ismail menilai, puasa sebagai salah satu sarana efektif bagi seseorang untuk mengendalikan diri. Perbuatan mengendalikan diri dari korupsi maupun tindakan buruk lainnya bisa dilakukan jika puasa yang dijalankan tidak formalitas belaka.Aturannya, kata dia, orang yang berpuasa itu harus bisa menjaga hati, lisan, mata, tangan, dan telinganya.

Jika semua  aturan tersebut tegak, dipastikan sangat efektif untuk menjauhkan seseorang dari perbuatan mungkar, termasuk korupsi. Ini lantaran, keutamaan perintah puasa adalah melatih ketaatan kepada Allah SWT. Alhasil, orang yang berpuasa rutin, tapi masih tidak meninggalkan perbuatan buruk dalam kesehariannya, pasti nilai ibadahnya hanya mendapat lapar dan dahaga.

Barang siapa puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mencari ridha Allah, tentu puasanya akan ada hasilnya, kata Satori. Ia berharap, setiap orang yang menunaikan ibadah Rukun Islam ketiga itu bisa mengevaluasi dirinya setiap hari. Kalau hanya menjalankan praktik tidak makan dan minum di siang hari, ibadah puasanya tidak efektif mengubah kelembutan hati.

Adapun, jika menjalankan puasa secara benar dan mengikuti ketaatan kepada Sang Pencipta, dapat dipastikan orang itu bakal menjauhi kemaksiatan. Tujuan puasa itu adalah bertakwa dan mau meninggalkan larangan-Nya. Kalau puasanya optimal, seseorang tidak akan lagi mau melakukan kejahatan, katanya.

Terpopuler