Menanti Berkah di Pasar Sore

Rep: Mj04/ Red: A.Syalaby Ichsan

Kamis 11 Jul 2013 16:00 WIB

Pasar Sore Pusdai Bandung Foto: facebook.com Pasar Sore Pusdai Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sore ini, lalu lintas di Jalan Surapati sekitar Pusdai terpantau padat merayap. Beberapa kuda dan delmannya terlihat di sekitar jalan tersebut.

Banyak bocah terlihat senang dan bermain dengan kuda. Tak ketinggalan, puluhan pedagang memenuhi pinggir Jalan Masjid Pusdai Jabar. 

Keramaian itu biasa disebut pasar sore.  Pasar ini merupakan salah satu tempat ngabuburit atau menunggu berbuka puasa milik kota Bandung. Pasar sore ini dipenuhi oleh berbagai pedagang.

Di pasar ini bisa ditemukan berbagai makanan yang nikmat dilahap untuk berbuka puasa. Terdapat banyak minuman pencuci mulut, tak’jil, sampai makanan berat.

Setiap tahun saat bulan Ramadhan tiba, pasar sore selalu hadir. Kehadirannya memberikan berkah tersendiri untuk para pedagang yang berjualan di sana. Bagi Anna, pedagang sop buah, kehadiran pasar sore cukup bisa mengepulkan dapur keluarganya.

Anna dengan suaminya sudah berjualan sop buah selama sepuluh tahun di pasar sore. Penghasilan yang didapatkan bergantung pada pengunjung yang datang. Jika sepi, ibu berusia 57 tahun ini mendapatkan penghasilan sekitar Rp 100 ribu. Jika ramai pengunjung, Anna bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 300 ribu. “Biasa aja, enggak terlalu ramai banget,” ujar Anna.

Tak berbeda dengan Anna, Kresna dan ibunya sudah empat tahun berjualan tak’jil dan makanan berat di pasar sore. Mereka hanya menumpukan hasil jualannya pada pengunjung yang datang. “Penghasilannya ya tergantung pengunjung yang datang,” katanya.

Biasanya, pasar sore ramai dikunjungi sampai pertengahan bulan Ramadhan. “Ya semoga aja sekarang mah semakin ramai,” ujar pria berkulit putih ini.

Lain Kresna, lain pula dengan Eri. Pria asal Cicalengka ini rela jauh-jauh berjualan di pasar sore. Pria berambut cepak ini berjualan kue-kuean. Meski penghasilannya dari berjualan  di pasar sore tidak menentu, nyatanya ia sudah empat tahun berjualan di situ.

Namun bagi Widya, penjual takjil minuman, terkadang jika banyak acara di Masjid Pusdai Jabar, ia diminta menyediakan takjil sesuai permintaan. Hal tersebut tentu menambahkan penghasilannya dari berjualan.

Tak hanya pedagang, kehadiran pasar sore ini juga menjadi ladang penghasilan bagi para kusir delman yang beroperasi di sana. Agus, pria asal Majalaya ini rela meninggalkan istri dan seorang anaknya demi mencari penghidupan di pasar sore. Pria berusia 22 tahun ini paling kecilnya menerima penghasilan Rp 100 ribu dalam sehari.

Bagi pengunjung,  pasar sore menjadi wahana wisata ramadhan tersendiri. Bagi Yani, warga Cicaheum, pasar sore sangat cocok untuk rekreasi anak-anak karena ada beberapa wahana permainan. Namun lain halnya bagi Yeni. Warga Ujung Berung ini mengatakan, kehadiran pasar sore sangat cocok untuk menunggu waktu berbuka. Banyaknya pedagang juga bisa menjadi alternatif jika sedang malas memasak. 

Pasar sore memang sudah menjadi tradisi tahunan setiap bulan Ramadhan di kota Bandung. Keberadaannya memberikan berkah bagi para pedagang di sana. Para pengunjung juga dimudahkan untuk bisa menikmati berbuka puasa dengan berbagai makanan yang ada di sana. 

Terpopuler