Puasa Selalu Menyehatkan, Kebiasaan Modern Merusaknya

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

Rabu 10 Jul 2013 16:12 WIB

Makanan tinggi lemak, gula dan kalori (ilustrasi) Makanan tinggi lemak, gula dan kalori (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Puasa sebenarnya tidak hanya perintah dan ajaran dalam Islam. Ibadah ini juga diajarkan dalam Kristen dan Yahudi dan agama-agama lain berabad-abad lalu, meski dalam cara bebeda. Puasa adalah bentuk ibadah untuk menyucikan diri.

Sayangnya, menurut Mariam Alireza kolumnis dan pakar gizi dalam tulisannya di Arab News, banyak umat Muslim yang masih berpandangan bahwa puasa terbatas pada ibadah dan soal spritual. Masih sedikit Muslim, ungkapnya, yang menyadari fakta bahwa hadiah di balik puasa Ramadhan lebih luas dan lebih besar dari spirtual, doa dan ibadah.

Menurut studi dan eksperimen terbaru, puasa sendiri secara fisik memiliki banyak manfaat. Puasa berfungsi mendorong sistem detoksifikasi pada tubuh, membersihkan dan meregenerasi sel, jaringan, pembuluh darah, organ dan sistem, serta memberi waktu istirahat dan pemulihan diri bagi sistem pencernaan tubuh dan pengeluaran, juga organ lain yakni hati, pankreas dan ginjal.

Puasa juga membakar lemak, membersihkan pikiran dari stres dan kebingungan, menyegarkan memori, memperbarui sel-sel otak, memulihkan kesehatan dan energi serta tentu saja meningkatkan kemampuan spiritual. Tak hanya itu puasa menurut Miriam juga mengajarkan ketahanan tubuh dan mental, kerendahhatian, menyuntik kembali energi dan vitalitas tubuh yang mengarah  kepada kesehatan dalam jangka panjang.

Banyak studi menunjukkan puasa bermanfaat juga baik bagi tubuh dan otak karena praktik ini membersihkan bagian-bagian berbeda dalam tubuh, sel, neuron, organ, dan sistem dari racun, logam berat, unsur kimia di luar tubuh, bakteri, ragi, infeksi, obat, lemak, residu makana dan kontaminasi lingkungan. Melalui detoksifikasi, sisi spiritual dan kejiwaan manusia ikut terdorong.

Mari kita simak bagaimana fenomena ini terjadi hanya lewat absen puasa dan minum dalam periode pendek.

Proses pembersihan terjadi setelah 12 jam tubuh absen dari makanan. Ketika makanan tidak tersedia sebagai bahan bakar dalam sistem, tubuh mulai menggunakan cadangan karbohidrat dan lemak. Liver pun mengubah lemak menjadi ketone dan mendistribusikan ke organ-organ dan sistem lewat pembuluh darah.

Saat ini pula jaringan dan sel-sel yang matang pecah dan memberi tubuh protein yang didaur ulang, memungkinkan terjadi regenerasi. Ketika ini terjadi, otak mulai melakukan proses pembersihan dari material yang menghambat kinerjanya dan membuat seorang memiliki kemungkinan mengalami pencerahan spiritual lebih besar.

Makanan terbatas membuat banyak lemak yang terbakar, lebih banyak racun dikeluarkan, dengan tubuh memiliki sedikit kotoran, maka tingkat spiritual lebih tinggi mungkin untuk dicapai. Racun dalam tubuh biasa disimpan dalam lapisan-lapisan lemak (zat kimia buatan, logam berat, hinga residu obat-obatan).

Bila lemak terbakar maka racun tadi dinonaktifkan dan dibuang lewat jalur colon, liver, kelenjar limfa, pernafasan, paru-paru dan ginja. Menurut studi, seseorang yang berpuasa memiliki jejak kimia, pestisida dan racun dalam urin, pembuangan dan nafasnya.

Dengan mengurangi lemak berlebih, yang bisa menimbulkan stress pada tubuh dan menyebabkan peradangan, puasa bisa mencegah dan mengobati penyakit terkait obesitas dan sindrom metabolisme seperti diabetes, hipertensi, kardiovaskuler, masalah hati, stroke dan bahkan kanker.

Puasa memang secara alami melambatkan tingkat metabolisme, tingkat pembakaran kalori dan fungsi tubuh lainnya, membuat temperatur badan lebih rendah. Puasa juga membuat gula darah turun, tekanan darah turun dan memperlambat tingkat metabolisme basal, sehingga menurunkan pula progres penyakit.

Dalam sebuah eksperimen, peneliti membagi cacing tanah daam dua kelompok yakni siklus 'berpuasa dan makan'. Kelompok cacing tanah yang berpuasa ternyata memiliki usia lebih panjang dari rekannya yang mendapat siklus makan rutin.

Cacing tanah yang berpuasa itu, berdasar pemeriksaan sel, juga mampu menjaga karakteristik kemudaan, sehat dan berenergi. Pakar kesehatan dan ilmuwan meyakini bahwa puasa dengan rutin dalam periode pendek dapat meningkatkan kesehatan dan mendongkrak daya hidup.

Syaratnya, puasa harus dilakukan seperti yang seharusnya, bukan berdasar gaya hidup saat ini. Ketika berbuka dengan berbagai makanan menjadi gaya hidup dan menyimpang jauh dari kebiasaan sehat saat perintah puasa diturunkan, maka efeknya bisa berbeda.

Jus dan minuman manis dalam kemasan kini cenderung menggantikan air putih. Invasi makanan modern yang tinggi gula dan lemak, juga bermacam makanan yang mengandung sirup, gula buatan, krim, gorengan dan jenis kudapan tinggi karbohidrat mengandung kanji, justru menyebabkan masalah baru.

Tipe meja makan era modern saat Ramadhan, menurut Miriam, justru menjauhkan umat muslim dari ajaran Islam. Lemak, sirup, gula-gula, gorengan dan minuman manis dalam kemasan membelokkan tujuan dan pemahaman Islami tentang berpuasa dan detoksifikasi dalam tubuh. Ujung-ujungnya saat Ramadhan tidak malah sehat, orang malah menambah berat badan, mengalami peradangan dan memiliki penyakit baru.

Itu terjadi, ujar Miriam, karena saat menjalankan puasa bertentangan dengan konsep Ramadhan. Puasa tidak mungkin tidak menyehatkan karena Nabi Muhammad. saw. menganjurkan seseorang  berpuasa karena itu akan menyehatkannya. Nabi juga mengajarkan berbuka puasa dengan tiga kurma dan air putih, Nabi pun dengan tegas melarang umat Islam berlebih-lebihan.

Terpopuler