Muslim Harus Menahan Diri Tak Makan Berlebihan

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Mansyur Faqih

Rabu 10 Jul 2013 17:12 WIB

Makan berlebihan (Ilustrasi) Foto: nycityeats.com Makan berlebihan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Puasa adalah sarana pelatihan untuk bisa mengendalikan diri. Karena itu, pengendalian diri tidak hanya sebatas tak makan dan minum di siang hari. Melainkan juga ketika sahur dan berbuka. Menahan agar tidak tergoda menghambur-hamburkan uang untuk menuruti keinginan juga menjadi esensi puasa.

Ketua Umum Wahdah Islamiyah Muhammad Zaitun Rasmin mengingatkan, seringkali proses menahan diri yang dilakukan kaum Muslim tidak tuntas. Maksudnya, mereka sanggup berpuasa menahan lapar dan dahaga. Tapi, kebiasaan saat berbuka malah seperti orang kalap dengan makan sepuasnya. "Menahan diri yang utama juga ketika mampu tidak makan dan minum dalam hidangan yang disajikan secara berlebihan," katanya, Rabu (10/7).

Zaitun menilai, fenomena makan berlebihan pada Ramadhan jelas tidak baik untuk dilakukan. Karena itu, masalah lepas kontrolnya warga yang lupa diri ketika makan harus dicarikan solusi. Mereka harus disadarkan bahwa mengendalikan diri harus dilakukan sepanjang waktu.

Ia menyatakan, rutinitas puasa tanpa dibarengi dengan evaluasi membuat tidak sedikit orang terjerumus dengan ibadah ritual semata. Ramadhan yang penuh berkah ini malah dijadikan sebagian kelompok untuk bergaya hidup konsumtif. Bukannya amalan sedekah yang alokasinya ditambah, melainkan pengeluaran pribadi untuk memborong makanan dibesarkan.

Ia menilai, kurangnya pemahaman akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah puasa menjadikan akar persoalannya. Padahal, ritual puasa diperintahkan untuk dilaksanakan agar kaum Muslim bisa merasakan penderitaan saudaranya yang miskin sepanjang tahun. Melihat banyaknya kaum papa yang untuk sekadar makan pun susah, menunaikan puasa merupakan sarana untuk merasakan penderitaan mereka. 

Sayangnya, yang terjadi malah kebalikannya. Ramadhan malah mendorong umat Islam semakin konsumtif dan itu mengurangi semangat ibadah. "Sekelompok masyarakat menyajikan hidangan puasa secara berlebihan hanya terjadi di Ramadhan saja. Kebiasaan kaum Muslim ini harus diubah," seru Zaitun.

Ia meminta kebiasaan buruk itu dihentikan. Selain kurang bermanfaat, lebih baik anggaran yang diperuntukkan untuk membeli makanan beranekaragam itu dialokasikan untuk kelompok fakir miskin. Ingat, kata dia, cukup banyak umat Islam yang hidupnya serba kekurangan sepanjang tahun.

Karena itu, sangat tepat pada Ramadhan ini dijadikan momen untuk berbagi dan saling meringankan beban sesama. "Satu hal yang harus diketahui bahwa puasa mengajak kita untuk berhemat dan berkehidupan sederhana. Ajaran ini kita ingat dan harus diterapkan."

Terpopuler