REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Bulan Ramadhan selalu menghadirkan berkah bagi Sri Ngestiwati (51), warga Dusun Ampel Gading, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
Bulan suci ini merupakan bulan rezeki bagi perajin tomat rasa kurma atau yang lebih populer dengan sebutan 'torakur' tersebut. Karena permintaan jenis kudapan ini yang melonjak.
"Saat Ramadhan ini, permintaan torakur bisa meningkat hingga 30 persen dari produksi normal," ungkap Sri Ngestiwati (51), perintis pembuat torakur di Desa Kenteng ini, Selasa (9/7).
Pada hari biasa, ia menjelaskan, industri rumahan yang mempekerjakan 13 warga di lingkungan Dusun Ampel Gading ini, mampu mengolah 3 hingga 4 kwintal buah tomat menjadi torakur.
Namun sejak jelang Ramadhan, beberapa waktu lalu, produksi torakur yang dikelolanya tersebut mampu menghabiskan bahan baku sekitar 5 hingga 5,5 kilogram buah tomat.
Lonjakan permintaan torakur pada bulan ini karena kebutuhan untuk parsel dan oleh- oleh juga melonjak. "Kami pun kewalahan memenuhi permintaan ini," ujar Ngesti, panggilan akrab Sri Ngestiwati.
Ia juga mengaku, untuk Ramadhan kali ini kesulitan untuk meningkatkan kapasitas produksi torakur. Ini lantaran ketersediaan bahan baku buah tomat segar yang tengah menurun.
Cuaca yang tak menentu dan curah hujan yang masih cenderung tinggi, di kawasan Bandungan dan sekitarnya ikut mempengaruhi produksi tomat di wilayah sentra hortikultura ini.
Para petani tidak dapat memaksimalkan hasil tanaman tomat karena hujan masih sering turun. Akibatnya, hasil tomat dari petani tidak terlalu banyak.
"Selain itu, untuk dapat diolah menjadi torakur, tingkat kematangan buah tomat segar ini juga harus merata," ungkap penerima penghargaan juara I Lomba Inovasi Citra Produk Pertanian Berdayasaing tingkat Nasional ini.
Ia juga menjelaskan, torakur merupakan produk olahan buah tomat menjadi makanan jenis kudapan. Sejatinya kudapan ini merupakan ‘turunan’ dari jenis manisan.
Namun torakur diolah sedemikian rupa hingga citarasanya mirip dengan buah kurma. Dibandingkan dengan kurma yang khas dari Timur Tengah, harga torakur lebih murah, berkisar Rp 12 ribu dan saat Ramadhan menjadi Rp 13 ribu per kemasan.
Sementara harga kurma dalam kemasan yang jamak di temui di pasaran harganya bisa mencapai Rp 30 ribu hingga lebih dari 50 ribu.
Belakangan torakur pun menjadi salah satu kudapan alternatif bagi sebagian orang yang melaksanakan ibadah puasa, sebagai pengganti kurma.
Kini torakur juga sudah menjadi salah satu oleh- oleh khas di kawasan wisata Bandungan, selain tahu Serasi. Setiap Ramadahan permintaan torakur juga tinggi.
Baik untuk permintaan dari dalam kota maupun dari luar kota. "Karena keterbatasan bahan baku ini, kami tidak dapat memenuhi permintaan dari sejumlah kota di Jawa dan Bali," katanya melanjutkan.