Rakyat Gaza Sambut Ramadhan di Tengah Keprihatinan

Red: Didi Purwadi

Selasa 09 Jul 2013 14:07 WIB

Seorang pedagang Palestina merapihkan barang dagangannya berupa pernak-pernik dekorasi Ramadhan. Foto: AP/Mohammed Ballas Seorang pedagang Palestina merapihkan barang dagangannya berupa pernak-pernik dekorasi Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kegiatan usaha tetap suram di toko milik Redda A'aydi di Kota Tua Jalur Gaza meskipun Bulan Suci Ramdhan --saat penghuni rumah tangga biasanya belanja banyak barang-- ditetapkan tiba pada Rabu (10/7).

Lemahnya perdagangan bukan hanya terjadi di pasar pusat Kota Gaza, tempat toko A'aydi berada, tapi juga di seluruh daerah kantung pantai Palestina, Jalur Gaza, serta Tepi Barat Sungai Jordan.

"Harga yang tinggi dan resesi ekonomi yang dialami rakyat Palestina, sebagian karena situasi politik yang tidak stabil dan keamanan di Mesir, menjadi penyebab lemahnya kegiatan komersial," kata A'aydi.

Ia selalu terlibat tawar-menawar dengan beberapa pembeli mengenai harga. "Orang datang, menawar tapi akhirnya pergi, sebab harga selalu lebih tinggi daripada perkiraan mereka. Mereka tak bisa membeli semua yang mereka perlukan selama Ramadhan tapi hanya barang yang paling murah."

''Para pedagang di Jalur Gaza, yang telah diperintah oleh Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) sejak Juni 2007, menyatakan resesi ekonomi di wilayah tersebut dan inflasi parah merenggut korban berupa daya beli warga sebelum Ramadhan,'' demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang.

Para pembeli di Jalur Gaza lebih memilih pergi ke pasar di daerah miskin, tempat mereka dapat memperoleh apa yang mereka ingini dengan harga lebih rendah ketimbang di pasar biasa. Salah seorang pembeli adalah Mohamed Ramadan, yang menafkahi keluarga dengan tujuh anak di Kota Gaza.

"Harga bahan makanan pokok yang tinggi membuat kami berfikir puluhan kali sebelum membeli," kata Ramadan, pengemudi taksi yang memiliki pendapatan 20 dolar AS per hari.

Penutupan Terowongan

Situasi bertambah parah setelah Mesir menutup pos penyeberangan perbatasan Rafah dan menghancurkan puluhan terowongan penyelundupan di bawah perbatasan yang digali sebagai cara menghindari blokade Israel terhadap daerah kantung tersebut.

Penutupan Rafah oleh Mesir dilakukan setelah jutaan orang Mesir yang bekerjasama dengan militer untuk menggulingkan presiden Muhammad Mursi, dari kubu Islam, pada Rabu (3/7), cuma setahun setelah ia terpilih.

Maher At-Taba'a, pejabat di Kamar Dagang Jalur Gaza, memberitahu Xinhua bahwa terowongan antara Jalur Gaza Selatan dan Mesir tersebut merupakan sumber sesungguhnya dari berbagai jenis barang. Oleh karena itu, penutupan terowongan tersebut mengakibatkan masalah ekonomi serius.

Ia menyatakan,"Kebanyakan barang ini digunakan selama Bulan Suci Ramadhan, seperti kudapan, kacang dan buah kering, yang harganya jadi mengerikan."

Saat Ramadhan tiba tahun ini, Israel meredakan blokade ketatnya, yang diberlakukan atas Jalur Gaza pada Juni 2010 --ketika HAMAS merebut kendali atas wilayah tersebut.

Namun Mo'een Rajab, pensiunan profesor ekonomi dari Jalur Gaza, mengatakan kepada Xinhua penduduk Jalur Gaza sangat mengharapkan pencabutan total blokade itu.

Terpopuler