Oleh Erik Purnama Putra
REPUBLIKA.CO.ID, Bulan Ramadhan membawa berkah tersendiri bagi Ustaz Ahmad Ahidin. Di bulan penuh ampunan ini, kesibukannya dalam berdakwah tiada henti. Meski begitu, ia lebih memilih berbagi ketika mendapat undangan untuk mengisi ceramah dengan jadwal berdekatan.
Ahmad mengakui, undangan untuk mengisi ceramah hampir tidak ada bedanya dengan hari biasanya. Hanya saja, kadang undangan di bulan Ramadhan bisa datang sewaktu-waktu.
Saat ini, ia sudah mengantongi jadwal untuk memberi tausiah di delapan tempat. Mengacu pengalaman tahun lalu, bukan tidak mungkin undangan lainnya menyusul datang. “Undangan ini saya terima jauh-jauh hari untuk jadwal Ramadhan.”
Aktif di Al Azhar Peduli Ummat membuatnya harus terbiasa bekerja selama 24 jam. Untuk itu, setiap panggilan atau undangan mendadak wajib dipenuhinya. Kecuali agendanya bersamaan, ia bakal menyerahkannya kepada rekannya sesama pendakwah lain. Ia sadar tidak boleh lupa diri.
Ahmad mengingat, ketika mendapat undangan untuk mengisi acara pada sore hari dan malam hari, ia tidak mengambilnya. Selain tempatnya berjauhan, meski ia bisa saja datang, namun keinginan untuk berbagi membuatnya harus wamas diri.
“Saya lempar ke ustaz lain. Istilahnya berbagi rejeki selama Ramadhan,” kata alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ini.
Ahmad mengaku, kebanyakan undangan yang diterimanya berasal dari instansi pemerintah maupun swasta. Selama Ramadhan ini, undangan yang bakal dihadirinya terkait acara buka bersama. Kadang juga diminta untuk mengisi kajian zuhur dan tausiah usai shalat tarawih. “Momennya sesuai dengan bulan Ramadhan.”
Meski begitu, Ahmad tidak larut dalam aktivitas berdakwah. Ia juga menyempatkan waktunya untuk keluarga. Hal itu dilakukan agar kehidupannya seimbang. Sehingga antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa berjalan beriringan.
Tidak lupa, ia juga memanfaatkan bulan ini untuk menambah ilmu dengan memperbanyak bacaan buku keagamaan. Semua itu dilakoni dengan ikhlas agar mendapat kebaikan selama Ramadhan.
Sementara itu, Ustazah Andi Nurul menyatakan, selama Ramadhan harus diakui sebagai bulan penuh keberkahan. Ia mengatur waktu untuk bisa menjalankan puasa secara penuh ketika tidak berhalangan, sembari tetap berdakwah di kalangan pengajian ibu-ibu.
Untuk jadwal ceramah, diakuinya, tidak ada peningkatan dibanding sebelumnya. Yang berbeda dengan hari biasanya, Nurul berketetapan untuk berkumpul bersama keluarga pada malam hari.
Sesibuk apa pun, ia mewajibkan diri agar sesudah Maghrib bisa sampai di rumah. “Saya sudah berkomitmen selama Ramadhan, berkumpul bersama keluarga.”
Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menjalankan ilmu yang diajarkannya kepada para jamaah. Kalau pada siang hari, ia tidak segan memberi tausiah dengan harapan ibu pengajian bisa mengamalkannya. “Maka, pada malam, saya sendiri yang harus mempraktikkannya.”