Pemerintah Tetapkan 1 Ramadhan 1434 H pada Rabu 10 Juli

Rep: Amri Amrullah/ Red: Fernan Rahadi

Senin 08 Jul 2013 20:07 WIB

 Jamaah Masjid Jami Al-Musari'in Basmol dan santri Al-Hidayah mengamati posisi hilal penentuan 1 Ramadhan 1434 H, di kubah Masjid Jami Al-Musari'in, Kembangan Utara, Jakarta Barat, Senin (8/7). Foto: Republika/Agung Supriyanto Jamaah Masjid Jami Al-Musari'in Basmol dan santri Al-Hidayah mengamati posisi hilal penentuan 1 Ramadhan 1434 H, di kubah Masjid Jami Al-Musari'in, Kembangan Utara, Jakarta Barat, Senin (8/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hasil sidang itsbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) akhirnya memutuskan awal Ramadhan 1434 H jatuh pada Rabu (10/7). Dengan diputuskannya awal puasa Rabu (10/7), maka pada tahun ini sebagian besar umat Islam mengawali puasa di hari yang berbeda, karena sebelumnya Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) terbesar telah memutuskan awal puasa jatuh pada Selasa (9/7).

Menteri Agama Suryadharma Ali dalam pengumuman sidang Isbat memastikan awal Ramadhan 1434 H jatuh pada hari Rabu (10/7). "Awal Ramadhan 1434 H jatuh pada Rabu (10/7)," ujar Menag.

Keputusan ini berdasarkan penyampaian pada pra sidang itsbat, penyampaian argumentasi dari para Pakar astronomi. Dimana ijtima' Senin (8/7) tinggi hilal baru 0,65 derajat, umur hilal baru 3 jam 35 menit 52 detik. Dengan derajat hilal yang kurang dari satu derajat, maka jelas Menag hasil rukyatul hilal pun belum bisa terlihat.

Alasan ini, kata Menag, diperkuat dengan hasil laporan pengamatan hilal di lapangan semua saksi yang telah disumpah menyatakan tidak bisa melihat hilal. Kemudian mendengarkan laporan dari organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang hadir di sidang itsbat tidak ada yang menolak penetapan awal Ramadhan 1434 H jatuh pada Rabu (10/7). Oleh karena itu, kata Suryadharma, keputusan Pemerintah pada awal Ramadhan tahun ini sudah sesuai aturan yang disyariatkan.

Direktur Urusan Agama Islam (Urais) dan Pembinaan Syariah, Muchtar Ali, sebelumnya menyampaikan data hisab yang dihimpun dari seluruh saksi. Dari 53 titik di 33 provinsi yang menyertakan 36 saksi, tidak satu pun mereka melihat yang bisa melihat hilal. Untuk pengamatan tertinggi, lanjut dia, yang berlokasi di Pelabuhan ratu, hilal pun belum terlihat. Ini sama seperti penjelasan astronomi dimana posisi hilal masih kurang satu derajat dan sangat susah untuk dirukyat.

Sedangkan anggota Badan Hisab Rukyat Kemenag yang juga peneliti planetariun Jakarta, Cecep Nurwandaya mengatakan, pada Senin. (8/7) sore ketinggian hilal positif tapi sangat kritis. Sebagian besar Indonesia dan Asia Tenggara bahkan hilal negatif atau terbenam matahari terlebih dahulu baru terjadi hilal. Wilayah hilal yang positif berada di wilayah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan sebagian Kalimantan. Sedangkan Sulawesi, Sebagian Kalimantan dan bagian Tiumur Indonesia hilal negatif.

Walaupun pada pengamatan di Pelabuhan Ratu secara kalkulasi Ijtima' Senin (8/7) tinggi hilal baru 0,65 derajat, umur hilal baru 3 jam 35 menit 52 detik.  Dengan derajat hilal yang kurang dari satu derajat, hasil rukyatul hilal pun belum bisa terlihat. "Dengan metode perhitungan dan pengamatan dari beberapa tempat tadi bisa dipastikan 8 Juli tidak ada hilal yang bisa teramati dari seluruh Indonesia," ujarnya.

Terpopuler