MUI Minta Umat Tak Berselisih Perbedaan Waktu Puasa

Red: A.Syalaby Ichsan

Senin 08 Jul 2013 14:51 WIB

 Ketua MUI Bidang Fatwa, KH. Ma'ruf Amin (kedua kanan) didampingi jajaran pengurus MUI menyampaikan keterangan pers terkait  Ketua MUI Bidang Fatwa, KH. Ma'ruf Amin (kedua kanan) didampingi jajaran pengurus MUI menyampaikan keterangan pers terkait "Eyang Subur" di Kantor MUI, Jakarta, Senin (22/4). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin meminta masyarakat untuk tidak berselisih karena perbedaan awal Ramadhan.

Menurutnya, kemungkinan besar awal Ramadhan akan berbeda. Muhammadiyah akan memulai puasa pada Selasa. "Sementara pemerintah  kemungkinan besar akan memulainya pada Rabu (10/7)," ujar Ma`ruf Amin dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/7).

Ma'ruf mengatakan, perbedaan terjadi karena metode yang digunakan untuk menentukan awal puasa juga berbeda. Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal, sementara NU berpegang pada rukyat.

Masyarakat, kata Ma'ruf, hendaknya bersikap toleran dan tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan termasuk perbedaan paham keagamaan serta menghindarkan diri dari perbuatan yang sia-sia.

Dia menjelaskan, Umat Islam hendaknya tetap menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah dengan tetap mendudukkan perbedaan sebagai rahmat. "Masyarakat juga jangan melakukan pemborosan yang mendatangkan kemudaratan bagi diri sendiri," ujarnya.