REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU), KH A Ghazalie Masroeri, mengatakan NU akan menentukan hasil rukyat pada Senin (8/7) untuk menentukan awal Ramadan.
"Lajnah Falakiyah PBNU memperkirakan awal Ramadan 1434 jatuh pada 10 Juli. Namun, itu sebatas perkiraan. NU tetap menggunakan metode rukyatul hilal/pengamatan hilal sebagai dasar penentu awal Ramadhan 1434 H," ujar A Ghazalie Masroeri dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Senin.
Berdasarkan hasil hisab Lajnah Falakiyah PBNU di markas Jakarta, disebutkan Ijtima atau konjungsi akan terjadi pada Senin (8/7/2013) pukul 14.15 WIB, tinggi hilal saat dilakukan pengamatan nol derajat 21 menit 45 detik miring ke selatan, hilal akan berada di ufuk selama tiga menit 16 detik.
"Sesuai dengan kriteria imkanurrukyat, maka menurut prediksi hisab NU bahwa awal Ramadhan 1434 H akan jatuh pada hari Rabu (10/7)," jelas dia.
Untuk menentukan secara pasti awal Ramadhan, sambung dia, NU akan menyelenggarakan pengamatan hilal di seluruh Indonesia yakni di 90 titik strategis dengan menugaskan 110 pelaksana rukyat bersertifikat nasional yang akan melakukan rukyat bersama para alim ulama, ahli hisab, ahli astronomi, ahli fikih dan warga nahdliyin setempat.
"Hasil rukyat dilaporkan pada posko Lajnah Falakiyah di kantor PBNU dan kemudian akan disampaikan di sidang itsbat yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama pada hari yang sama," tambah dia.
Setelah sidang Itsbat di Kementerian Agama yang menetapkan awal bulan, barulah kemudian NU melakukan Ikhbar atau pengumuman resmi mengenai awal Ramadhan 1434 H.