REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pusat Lembaga Amil Zakat Al Ihsan (LAZIS) Jawa Tengah Arif Nurhayadi mengakui, di bulan Ramadhan jiwa sosial masyarakat makin tinggi.
Hal ini, kata dia, juga dicontohkan Rasulullah yang semakin dermawan pada Ramadhan. “Artinya, tingkat kepedulian di masyarakat makin tinggi,” ujarnya.
Hanya saja, kata Arif, pemberian pada bulan tersebut umumnya bersifat konsumtif, sekali pakai. Misalnya, buka bersama atau bagi-bagi sembako. Menurut dia, lebih baik pemberian bisa diarahkan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat sehingga tidak hanya berlangsung sementara saja.
Agenda buka bersama, misalnya, memang baik dilakukan untuk berbagi dan menjalin silaturahim. Namun, ketika agenda selesai, ujarnya, tidak bisa menjadikan masyarakat miskin menjadi lebih mandiri.
Dia mengatakan, lembaga zakat, pemerintah, dan perusahaan harus memiliki komitmen agar dana CSR yang dikeluarkan lebih dialokasikan untuk pemberdayaan.
“Sama-sama mengeluarkan uang, lebih baik dananya digunakan untuk hal yang produktif. Seperti, proyek sosial yang bisa menghidupi mereka sepanjang masa,” kata Arif.
Meskipun mengalokasikan dana untuk santunan juga merupakan hal yang mulia, dia mengingatkan agar pemberian ini lebih bermanfaat. Hal itu juga yang menjadi salah satu tantangan bagi lembaga zakat atau pengelola CSR agar semakin kreatif merancang agenda santunan agar bisa memberikan nilai tambah.