Puasa untuk bertemu Allah

Rep: Erdi Nasrul/ Red: A.Syalaby Ichsan

Jumat 21 Jun 2013 01:15 WIB

 Sebuah keluarga Pakistan tengah menanti saat berbuka puasa di Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan, Sabtu 21/7). (K.M. Chaudary/AP) Sebuah keluarga Pakistan tengah menanti saat berbuka puasa di Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan, Sabtu 21/7). (K.M. Chaudary/AP)

REPUBLIKA.CO.ID, Tidak lama lagi umat Islam akan melaksanakan puasa. Ibadah satu ini berada dalam rukun islam ketiga setelah shalat. Puasa artinya menahan atau mencegah.

Menurut syariat agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.

Perintah puasa difirmankan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183. Hujjatul Islam, imam al Ghazali, membagi puasa menjadi beberapa bagian. Pertama, Shaumul awam, yakni puasa yang hanya menahan lapar dan dahaga dari fajar hingga tenggelamnya matahari.

Puasa seperti ini hanyalah kesia-siaan, karena tidak membawa perubahan diri yang berarti. Ada orang yang berpuasa, namun berkata dusta dan melakukan akhlak tidak terpuji.

Hadits riwayat An-nas menyebutkan lima perkara membukakan puasa dari orang yang berpuasa : berdusta, mengumpat, menjadi lalat merah, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat.

Kedua, shaumul khowas, yaitu puasa yang menahan lapar dan dahaga dan juga mempuasakan seluruh panca inderanya dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa ataupun mengurangi pahala puasa itu sendiri.

Ketiga, shaumul khowasul khowas, adalah puasa yang menahan lapar dan dahaga dan mempuasakan panca inderanya serta menjauhi segala sesuatu yang bersifat keduniawian.

Inilah tingkatan puasa tertinggi dalam pandangan al Ghazali yang hanya bisa diraih oleh orang-orang tertentu dan pilihan. Mereka yang melakukan puasa seperti ini akan selalu merindukan Allah.

Terpopuler