REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kabar mengejutkan datang dari Muslim Uighur. Tak seperti umat Islam di seluruh dunia yang mulai bersiap menyambut bulan suci Ramadhan, Muslim Uighur justru harus menelan pil pahit dengan aturan yang dibuat Beijing.
Seperti dikutip Radio Free Asia, Ahad (16/5), Beijing melarang Muslim Uighur berusia dibawah 18 tahun berpuasa. Apabila dilanggar, yang bersangkutan akan dihukum menjalankan aktivitas keagamaan. Namun tidak jelas apa alasan dibalik larangan itu.
Juru bicara Kongres Uighur Dunia (WUC) berbasis di Stockholm, Dilxat Raxit membenarkan masalah itu. Menurut dia, ornag tua diminta jaminannya agar anak-anak mereka tidak berpuasa di bulan Ramadhan.
"Untuk mengawasi hal ini, pemerintah membuat kelompok 10 rumah tangga. Mereka bertanggung jawab memata-matai satu sama lain. Jadi, jika ada anak ketahuan berpuasa maka hukuman akan dijatuhkan pada 10 keluarga lainnya," papar dia.
Seorang pejabat pemerintah lokal Yutian, yang enggan disebutkan nama juga mengkonfirmasi aturan itu. Pejabat itu mengatakan setiap siswa dan guru harus melapor pada hari Jumat, dan setiap hari ketika memasuki masa liburan. "Ini seperti pelajaran reguler," kata dia.
Tak hanya dilarang puasa, Muslim Uighur juga tidak diperbolehkan mengunakan ponsel selama Ramadhan. Bagi pelajar atau mahasiswa yang kembali ke rumah mereka ketika liburan diwajibkan meninggalkan ponsel dan komputer di kepolisian setempat. "Jika mereka lalai, maka bersiaplah untuk ditangkap," kata dia