REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pakar politik Indria Samego berpendapat strategi politik dengan mengangkat isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tidak akan berpengaruh besar terhadap peluang kemenangan calon gubernur Jakarta menghadapi pilkada putaran kedua tanggal 20 September 2012.
"Isu SARA tidak mempan di Jakarta, malah bisa berakibat buruk bagi si pengusung," kata Indria Samego saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu (22/8).
Pakar politik dari LIPI itu menjelaskan masyarakat Indonesia memang masih ada yang mengutamakan kesukuan tertentu. Namun tidak semua kelompok masyarakat di Indonesia bisa terpengaruh kampanye yang menjatuhkan calon lain dengan isu-isu kesukuan tersebut.
"Untuk warga DKI Jakarta, isu seperti ini mungkin tidak akan menjadi perhatian. Warga lebih memilih pemimpin yang melayani kepentingan warga," katanya.
Dia mengatakan, isu SARA bisa mengundang reaksi negatif publik terhadap calon yang menggulirkan isu tersebut. "Pasti akan ada reaksi dari masyarakat yang mempertanyakan untuk apa isu itu digulirkan," kata Indria.
Dibanding menggulirkan isu SARA, maka Indria mengimbau kedua pasangan calon Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama untuk menunjukkan karakter kepemimpinan masing-masing. "Jangan hanya berkampanye 'lip service', tapi tunjukkanlah karakter kepemimpinan," katanya.
Dia juga meminta partai politik untuk memberikan pendidikan politik yang memadai kepada warga DKI Jakarta. "Selama ini peran partai politik ini tidak efektif, edukasi politik kepada warga penting daripada transaksi-transaksi politik," katanya.
Indria mengatakan pendidikan politik ini juga menjadi bekal untuk keberlangsungan demokrasi menjelang pemilihan presiden pada 2014 nanti. "Ya memang demkorasi tidak bisa lepas kaitannya dengan keadaan ekonomi, sosial masyrakat tapi pendidikan politik ini perlu terus dilakukan partai politik sesuai perannya," katanya.