REPUBLIKA.CO.ID, Secuil makanan yang haram akan mengendap dalam perut seseorang. Ia akan tumbuh bersama daging dan darah. Tubuh manusia manapun yang tumbuh berkembang dan yang haram, maka nerakalah yang paling layak untuknya.
Para salafus shaleh tahu benar dari mana mereka makan rasa mereka menjadi bersih, badan menjadi sehat, hati bersinar. Ketika makanan dan minuman orang-orang terkemudian rusak, cahaya petunjuk dalam hati mereka menjadi redup.
Dalam sebuh hadits Rasulullah bersabda, "Tidaklah seorang hamba makan makanan lebih baik daripada ia makan makanan dari hasil usaha tangannya sendiri, dan sungguh Nabi Daud AS makan makanan dari hasil usaha tangannya sendiri.”
Nabi Zakaria AS adalah seorang tukang kayu, Nabi Daud seorang tukang pandai besi, Nabi Muhammad dan beberapa nabi lain SAW pernah menggembala kambing.
Islam menyeru kepada usaha dan mencari rizki, tetapi dari pintu-pintu yang dihalalkan. Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik.” (QS. Al-lsra’, 34).
Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (QS. An-Nisa’, 10).
Semakna dengan ayat tersebut Allah juga berfirman, "Dan janganlah sebahagian kamu makan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu ke hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 188).
Selain itu, harta haram dari riba juga mendapat ancaman. Sebagaimana firman Allah SWT, "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila." (QS. Al-Baqarah, 275).
Demikian juga harta yang didapat dari hasil korupsi dan sogokan. Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat orang yang menyogok dan yang disogok.”