REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sepuluh hari terakhir Ramadhan, kesibukan melanda Keraton Kasepuhan Cirebon yang memiliki tradisi 'Maleman', tradisi menyambut malam Lailatul Qadar. Tradisi Maleman biasa dieglar pada malam-malam ganjil pada 10 terakhir Ramadhan dan dimulai mulai 20 Ramadahan.
"Tahun ini, tradisi Maleman dimulai hari ini," ujar Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan, PRA Arief Natadiningrat, di Cirebon, Kamis (9/8).
Tradisi Maleman ditandai dinyalakannya dlepak dan pembakaran ukup setiap malam ganjil ba'da Maghrib. Dlepak adalah piring yang terbuat dari tembikar dan diisi dengan minyak Maleman maleman untuk menyalakan sumbu dari kapas yang sudah dipilin.
Minyak maleman terbuat dari minyak kelapa yang digodok kembali dengan tambahan kembang tujuh rupa. Karenanya, minyak tersebut akan menyebarkan aroma yang sangat harum saat sumbu dinyalakan.
Sedangkan ukup adalah wewangian yang dibuat dari campuran pohon cendana, akar wangi, gula merah, sejumlah rumput kering, dan rempah-rempah. Untuk membakarnya, ukup cukup ditebarkan di atas bara api yang biasanya dinyalakan dalam tungku. Semua perangkat tradisi itu disiapkan sejumlah perempuan kerabat keraton.
Selanjutnya, semua perangkat itu dibawa menggunakan gerbong dari Keraton Kasepuhan ke Astana Gunung Jati dan situs-situs wewengkon Keraton Kasepuhan lainnya. Gerbong dibawa rombongan juru kunci ke Astana Gunung Jati yang berjarak sekitar sepuluh kilometer dengan berjalan kaki.
Sultan menjelaskan, tradisi Maleman akan diakhiri dengan hajat Maleman pada malam ke-29 bersamaan. Pada saat itu, akan dibagikan makanan yang disebut nasi bogana kepada warga sekitar keraton dan makam Sunan Gunung Jati. Sultan menambahkan, tradisi Maleman sudah berlangsung sejak zaman Sunan Gunung Jati. Tradisi tersebut sarat akan simbol dan makna filosofis.
Dijelaskan Sultan, melalui tradisi itu umat Islam diingatkan untuk lebih banyak terjaga (tidak tidur) pada malam hari untuk menyambut malaikat turun ke bumi membawa rahmat. Umat Islam pun harus memperbanyak ibadah dan diharapkan memiliki hati yang bersih dan terang.
"Dengan cara itu, maka bisa menebarkan keharuman atau manfaat bagi banyak orang. Semoga kita mendapatkan malam Lailatul Qodar," sebut Sultan.