Islam Berkemajuan Harus Jadi Basis Praksis Gerakan Muhammadiyah

Rep: neni ridarineni/ Red: Heri Ruslan

Ahad 29 Jul 2012 19:54 WIB

Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Foto: Republika/Agung Supri Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID,  YOGYAKARTA -- Islam yang berkemajuan harus menjadi basis bagi praksis  gerakan Muhammadiyah dan Aisyiyah dengan karakter bayani, burhani dan irfani.

Hal itu dikemukakan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Pengajian Ramadhan ke-2 dengan tema  "Implementasi Pemikiran Tajdid Muhammadiyah dan Praktisi Sosial di Aisyiyah" yang diselenggarakan PP  Aisyiyah di Aula STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Ahad (29/7.

Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat Islam, yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan, tanpa diskriminasi.

Di samping itu, dia menambahkan, Islam yang menggelorakan misi anti perang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan, kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemungkaran yang menghancurkan kehidupan Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan dan kebudayaan umat manusia di muka bumi ini.

Dia mengatakan di tengah banyak kutum ekstrem gerakan keagamaan kontemporer, Muhammadiyah dituntut untuk hadir sebagai ideologi Islam alternatif yang menawarkan pandangan Islam yang berkemajuan yang serba melintasi dan mengungguli. 

Namun, lanjut dia, Muhammadiyah perlu koreksi diri jangan sampai sampai terjebak pada kecenderungan yang tidak positif, yakni kering dari pemikiran tidak sebagaimana kaum neomodernisme Islam, kalah dalam militan dan keteguhan sikap sebagaimana gerakan-gerakan neorevivalisme Islam.

''Sedangkan dalam model praksis amaliah  pun Muhammadiyah mulai ketinggalan baik dari gerakan-gerakan Islam baru maupun dari gerakan Islam tradisional yang dulu dikritiknya secara tajam. Di sinilah pentingnya anggota dan institusi Muhammadiyah memahami dan melakukan aktualisasi ideologi Islam yang berkemajuan. Muhammadiyah dan Aisyiyah  harus bisa melakukan proses internalisasi Islam berkemajuan ke seluruh jajaran,''kata dia menegaskan.

Selanjutnya Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Prof Syamsul Anwar, mengatakan, Islam berkemajuan pintu masuknya melalui tarjih.  Tarjih adalah Kegiatan intelektual untuk merespon berbagai problem sosial budaya dari sudut pandang agama Islam. 

Wawasan tarjih ada empat hal yakni:  tajdid (merespon bebagai persoalan umat dalam perspektif tajdid),  toleran, terbuka dan tidak berafiliasi mazhab tertentu (langsung membaca Al-Qur'an dan Sunnah dan menafsirkannya semua pendapat fiqih menjadi pertimbangan).

Sebagaimana dikemukakan Haedar, Islam berkemajuan dalam Muhammadiyah mempunyai karakter bayani, burhani dan irfani.  Bayani ini maksudnya melihat teks dengan Quran dan Sunnah, burhani maksudnya memanfaatkan temuan ilmu pengetahuan, dan irfani maksudnya keinginan untuk membangun kesadaran spiritual yang tinggi.

''Irfani dalam Muhammadiyah adalah upaya melakukan suatu pendalaman rohani, mempertinggi tingkat sensitivitas batin yang bisa dilakukan dengan ibadah ritual maupun sosial,'' jelas Syamsul.

Sementara itu Ketua Umum PP Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini dalam sambutannya mengatakan kegiatan Ramadhan yang dilaksanakan PP Aisyiyah diikuti oleh para pimpinan Aisyiyah di wilayah dan daerah.

Kegiatan ini untuk meneguhkan kembali gerakan amar ma'ruf nahi munkar agar terus dipertajam dengan pengembangan pemikiran Tajdid Muhammadiyah  yakni Islam yang berkemajuan. 

Terpopuler