REPUBLIKA.CO.ID, Seperti pada bulan-bulan sebelumnya, pada bulan Ramadhan tahun ini Ketua Umum Penegak Amanat Reformasi Rakyat (PARRA), Rusli Halim Fadli (30 tahun), disibukkan dengan kegiatan-kegiatan politik di daerah-daerah.
Jelang Pemilu 2014, ia terjun ke lapangan untuk konsolidasi strategi pemenangan pemilu, penguatan infrastruktur, dan lain sebagainya. Sebagai salah satu organisasi underbow Partai Amanat Nasional (PAN) bersegmen pelajar dan mahasiswa, PARRA memang menjadi salah satu mesin PAN yang diandalkan untuk memenangkan Pemilu 2014.
Di bulan Ramadhan ini,Rusli tidak menampik jika ia memiliki target-target khusus selama bulan suci ini. ''Di bulan suci ini jika bepergian ke daerah-daerah saya ingin banyak berhentinya," ujar Rusli kepada Republika.
Berhenti yang dimaksud Rusli adalah beristirahat sejenak barang 10-15 menit di masjid untuk memperbanyak ibadah. "Sayang karena bulan Ramadhan ini amal ibadah kita mendapatkan pahala yang berlipat-lipat," tutur mantan ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) itu.
Kebiasaan untuk selalu memperbanyak ibadah tersebut dimulai Rusli saat masih duduk di bangku kuliah di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.
Suatu hari, ia mengikuti pesantren kilat. Sang pemateri mengutip perkataan Imam Al Ghazali. "Saat itu, ia berkata jika manusia melaksanakan shalat minimal 40 rakaat selama satu hari maka Allah akan membahagiakannya tidak hanya di akhirat namun juga di dunia," kata Rusli, yang juga aktif sebagai sekretaris MPP Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bidang etika dan budaya.
Ia pun mengamalkan nasehat Imam Al-Ghazali itu. Setelah itu, ia mengaku banyak menjumpai kemudahan dalam hidupnya. Dimulai dari tawaran menjadi dosen dari rektor sebuah perguruan tinggi di Bandung hanya dua hari setelah lulus kuliah. Kemudahan lainnya adalah saat ia menjabat sebagai hakim di sebuah pengadilan agama, sampai saat Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa, memintanya membantu PARRA di internal PAN.
"Jadi Ramadhan ini saya akan memperbanyak beribadah, mengevaluasi diri, merenung, serta memperbanyak syukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada saya. Di saat banyak anak muda zaman sekarang yang sulit menemukan identitas, saya Insya Allah tidak termasuk ke dalamnya," kata Rusli.
Rusli termasuk salah seorang yang prihatin terhadap kecenderungan generasi muda Muslim saat ini yang cenderung apatis, terutama terhadap dunia politik.
"Ketika saya berkunjung ke daerah-daerah, hampir di tiap provinsi argumen tentang politik muncul. Banyak pemuda Muslim yang mengasumsikan politik itu jelek," katanya.
Jika argumen seperti itu terus berlanjut sampai kampus-kampus dan dunia profesional, maka dampaknya bisa sangat berbahaya bagi masa depan Indonesia. "Kalau itu yang terjadi kebijakan politik seperti saat ini tidak akan berubah. Para pemuda Muslim yang nantinya mengisi parlemen dan kursi di eksekutif ya tidak akan jauh berbeda dari yang sekarang.''
Padahal, kata Rusli, Indonesia pernah memiliki tokoh-tokoh politik besar yang berasal dari kalangan Islam seperti Mohammad Natsir, Ki Bagus Hadikusumo, dan lain sederet tokoh lainnya.
Rendahnya kepedulian kaum muda Muslim terhadap politik telah mendorongnya bersama PARRA memperbanyak kegiatan seperti dialog dengan BEM-BEM di kampus-kampus, memperbanyak acara bedah buku, sampai dengan menggerakkan sekolah politik bernama Candidate School. Meskipun lingkup PARRA lebih banyak untuk kalangan muslim perkotaan, ia juga mengorientasikan kegiatannya ke desa-desa.
Kerja keras Rusli dan kawan-kawannya sejauh ini sudah menunjukkan hasil positif. Selama kurang lebih enam bulan sejak didirikan enam bulan yang lalu, PARRA sudah memiliki basis di 281 kabupaten/kota. Meskipun diakuinya anggotanya sebagian besar berasal dari IMM, ia mengungkapkan PARRA terbuka untuk kalangan lain yang hendak bergabung.
Kepada para pemuda muslim, Rusli berpesan agar selalu bersabar dan tidak meninggalkan shalat, seperti dikatakan dalam ayat 45 Surah Al Baqarah: ''Mohonlah pertolongan pada Allah dengan sabar dan shalat (Wasta'inu bishobri wa sholat).
"Jangan sampai anak-anak muda meninggalkan shalat karena itu adalah kunci utama membuka berkah dari langit," kata Rusli.