REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Betawi, Abah Alwi bercerita tentang Ramadhan di Jakarta tempo dulu. Menurut wartawan senior Republika itu, tradisi orang betawi "tempo doeloe" menyambut bulan suci ramadhan dengan saling berkunjung ke tetangga dan bertukar panganan seperti kue-kue
"Kalau orang betawi menyambut ramadhan itu dari rumah ke rumah. Ibu ibu sibuk sekali bikin kue kue dan ngebagiin itu," kata Abah Alwi saat sesi "Bincang Bersama Abah Alwi" di Republika Ramadhan Fair, Kompleks Masjid Al-Azhar Jakarta, Ahad (22/7).
"Yang lebih rame lagi itu saat menyambut takbiran" imbuhnya.
Sementara bintang film Maudy Koesnaedy juga merasakan ikatan kekeluargaan di Betawi saat puasa sangat kental. "Sepertinya ikatan keluarga di betawi lebih akrab. Kalau saya belajar dari film nya si doel suka dateng silaturahmi encang encing," kata Maudy Koesnaedy yang bertindak sebagai moderator mengomentari pernyataan Abah Alwi.
Memberi dan berkunjung kepada keluarga yang tua-tua menjadi suatu keharusan pada waktu itu bagi orang betawi.
"Inilah orang betawi masih kental kekeluargaannya Kalau di condet dulu, bulan puasa itu kalau mau buka dateng aja ke mesjid di sana udah tersedia kolak, ta'jil," jelas Abah Alwi.
"Petasan dan mercon itu baru sekarang aja dilarang dulu engga ada petasan dilarang. Ada petasan jepang ada petasan impor ada lokal kalo yang lokal suara nya gak terlalu keras," tutur Abah Alwi saat ditanya mengenai petasan di bulan ramadhan di betawi.
"Di betawi itu kalau puasa malam itu ramai petasan dulu petasan itu bebas sekali"
Petasan bagi orang betawi menurutnya sebagai alat komunikasi misalnya saat ada seorang yang hajatan atau mau pergi haji. Petasan digunakan sebagai penanda ada perayaan.
"Biarpun dulu banyak petasan Dulu jakarta aman gak ada cerita perampokan," pungkas Abah Alwi.