JK: Beda Awal Ramadhan Jangan Dijadikan Gap

Red: Yudha Manggala P Putra

Jumat 20 Jul 2012 21:12 WIB

Jusuf Kalla Foto: Yudhi Mahatma/Antara Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) berharap perbedaan awal Ramadan 1433 Hijriah di Indonesia jangan dijadikan jurang pemisah dan bisa diambil hikmahnya saja.

"Perbedaan itu jangan dijadikan sebagai gap, tetapi ambil hikmahnya saja. Meskipun berbeda penentuan awalnya tahun ini, tetapi akan ditutup dengan persamaan yang indah di hari kemenangan nanti," katanya saat menyampaikan sambutan di Masjid Al Markas Al-Islami Makassar, Jumat (20/7). 

Ia mengatakan, perbedaan pendapat di kalangan ulama Islam itu karena ada dua metode yang digunakan yakni Rukyatul Hilal dan Hisab.

Pemerintah melalui Kementerian Agama menggunakan metode Rukyatul Hilal telah mengumumkan jika awal Ramadan jatuh pada 21 Juli berdasarkan hasil sidang isbat di Kementerian Agama di Jakarta, Kamis (19/7) petang hingga malam. 

Sidang dipimpin Menteri Agama Suryadharma Ali dan diikuti perwakilan dari belasan organisasi Islam, Majelis Ulama Indonesia (MUI), pakar astronomi dari beberapa lembaga di Indonesia, serta anggota Badan Hisab Rukyat Kemenag.

Keputusan itu didasarkan pada hasil kajian bahwa ijtima (garis kesejajaran antara matahari, bulan, dan bumi) terjadi pada Kamis, pukul 11.24 WIB. Para pemantau di Badan Hisab dan Rukyat Kemenag tidak melihat hilal (bulan) di ufuk barat.

Sementara bagi kalangan Muhammadiyah dan beberapa organisasi lainnya yang menggunakan metode Hisab sudah melaksanakan puasa sejak 20 Juli 2012 berdasarkan hitungan wujud bulan (hisab wujudul hilal).

"Bagi yang mengikuti pemerintah, maka puasa akan dijalani selama 29 hari dan yang berpuasa sehari sebelumnya genap 30 hari. Artinya, kita akan melaksanakan hari Lebaran bersamaan dengan saudara-saudara kita sesama muslim lainnya," katanya di hadapan ratusan jamaah.

Terpopuler