Jumat, Jamaah Syattariyah Baru Pantau Hilal

Red: Karta Raharja Ucu

Rabu 18 Jul 2012 21:51 WIB

Rukyatul Hilal atau melihat bulan. Foto: Antara Rukyatul Hilal atau melihat bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANGPARIAMAN -- Berbeda dengan pemerintah yang akan menggelar sidang Isbat, Kamis (19/7) esok untuk menentukan 1 Ramadhan 1433 Hijriyah, Jamaah Syattariyah yang berpusat di Ulakan, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, justru baru bakal melihat hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 1433 Hijriah, Jumat (20/7) lusa.

Keputusan untuk melihat bulan pada esok lusa, telah sesuai dengan bilangan bulan dan tahun Hijriyah yang diamalkan warga Syattariyah. "Pemberitahuan telah disampaikan kepada seluruh masyarakat Jumat lalu, bahwa melihat bulan jatuhnya pada Jumat depan," kata Ketua Majelis Zikir Istiqamah Syatthariyah (Mazis) Padangpariaman, Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam di Padangpariaman, Rabu (18/7).

Ia menjelaskan, saat bulan terlihat nanti yang pertama kali dibunyikan sebagai sarana pemberitahuan kepada masyarakat adalah beduk Surau Gadang atau Masjid sidang Nagari. Namun, bila di lokasi Ulakan, bulan tidak kelihatan, harus menunggu kabar dari utusan yang dikirim ke Koto Tuo Padangpanjang.

Membunyikan beduk masjid setiap kali awal dan akhir Ramadhan, menurutnya merupakan tradisi yang tidak boleh punah. "Dengan telah didengarnya bunyi beduk, maka seluruh surau dalam nagari mengiringi dengan membunyikan beduk pula," katanya.

Qhadi (Imam) Syattariyah Ulakan, Tuanku Ali Imran menambahkan, ritual melihat bulan itu setiap tahun selalu dilakukan jamaah tarekat Syattariyah guna menentukan awal dan akhir Ramadhan. "Seandainya pada Jumat itu bulan sudah terlihat, maka besoknya (Sabtu, 21/7) seluruh jamaah Syattariyah baru mulai berpuasa," ujarnya.

Tetapi jika bulan tidak tampak dari Ulakan, ia akan melakukan koordinasi dengan imam di daerah lain di Sumbar seperti yang dikatakan Syafri Tuanku Imam Sutan Sari Alam. Jamaah Syattariyah di Sumbar, masih kata Ali Imran, melihat bulan di sejumlah titik yakni di Koto Tuo (Padangpanjang), Agam, Pesisir Selatan dan Sijunjung.

Dijelaskannya, tradisi melihat bulan dalam menentukan awal Ramadhan, memakai hitungan bilangan takwim qamsyiah, yakni hitungan berdasarkan tahunan. Kegiatan itu dilakukan dengan mata telanjang sesuai tradisi turun-temurun.

Sebelum melakukan ritual melihat bulan nantinya, jelas Ali Imran, para jamaah Syattariyah melakukan dzikir terlebih dahulu di Surau Syekh Burhanuddin. Selanjutnya rombongan pergi menuju tepi pantai Ulakan untuk melihat bulan sebagai pedoman dalam menentukan kapan mereka mulai berpuasa.

Tidak hanya dalam menentukan 1 Ramadhan, dalam menentukan 1 Syawal juga dilakukan ritual serupa. Ali Imran menambahkan, ritual melihat bulan akan digelar di sepanjang pantai Ulakan, yang diperkirakan akan dipenuhi ribuan jamaah yang menunggu Ramadhan.

Terpopuler