Sa'ad bin Abi Waqash, Panah dan Doa Terijabah (3-habis)

Red: Hafidz Muftisany

Selasa 17 Jul 2012 09:46 WIB

ilustrasi ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Diantara cerita kepahlawanan Sa'ad yang lainnya adalah ketika pasukan Muslimin yang dipimpinnya terhadang sungai Tigris yang belum banyak dikenal oleh kaum Muslimin. Bukan mundur dalam jihad, Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk menyeberangi sungai.

Berkatalah ia kepada pasukan, "Bacalah Hasbunallahu wa ni'mal wakiil." kemudian dikerahkan kudanya menerjuni sungai yang diikuti orang-orang setelahnya. Maka berduyunlah pasukan Muslim menyeberangi sungai, ketika ada salah seorang prajurit menjatuhkan air minumnya, maka dilandasi semangat fastabiqul khairat, pasukan muslimin berebut mencarikan tempat air itu, dan gentarlah pasukan musuh melihat pemandangan ini.

Salman al-Farisi yang berada dalam pasukan Sa'ad pun takjub dan berkata "Agama islam masih baru, tetapi lautan telah dapat mereka taklukkan, sebagai halnya daratan telah mereka kuasai..Demi Allah yang nyawa Salman berada di Tangan-Nya, pastilah mereka akan dapat keluar dengan selamat dengan berbondong-bondong sebagaimana mereka memasukinya berbondong-bondong." Dan benarlah perkataan Saltalahkan pasukan Persia dengan gemilang.

Saat Sa'ad mencapai usia lanjut, tibalah saat terjadinya fitnah besar yang menimpa kaum muslimin. Sa'ad tak hendak mencampurinya dan dipesankan kepada anak dan keluarganya. Suatu ketika datanglah anak saudaranya bernama Hasyim bin Utbah bin Abi Waqash dan berkata "Paman, disini telah siap seratus pedang yang menganggap pamanlah yang lebih berhak mengenai urusan khilafah ini !"

Ujar Sa'ad "Dari seratus ribu bilah pedang itu, aku hanya menginginkan sebilah pedang saja, jika aku tebaskan kepada orang Mu'min makatakkan mempan sedikitpun, tapi jika aku pancungkan kepada orang kafir, pastilah putus batang lehernya!"

Mendengar jawaban ini, anak saudaranya maklum akan maksudnya dan membiarkan sikap damai pamannya dan tak hendak ikut campur.

Pada tahun 54 H, saat usia Sa'ad lebih dari 80 tahun, ia sedang berada di rumahnya di 'Aqiq sedang bersiap menemui Tuhannya. Saat yang akhir itu diceritakan puteranya kepada kita

"Kepala bapakku berada di pangkuanku ketika ia hendak meninggal dan aku menangis, " maka berkatalah Sa'ad "Kenapa kamu menangis wahai anakku? seungguh Allah tiada akan menghukumku, dan sesungguhnya aku termasuk salah seorang penghuni surga..!"

Inilah Sa'ad bin Abi Waqash, singa yang menyembunyikan kukunya, pemanah pertama dalam islam dan pahlawan Qadisiyah.