REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Jalur Lingkar Nagreg pada arus mudik Lebaran tahun ini menjadi primadona. Pasalnya karena kehadirannya lah arus mudik tahun ini berjalan dengan lancar. Ruas jalan yang lebar mampu menampung lebih banyak kendaraan serta tanjakan yang landai mempermudah kendaraan melaju dengan lincah.
Tidak hanya itu, jalur baru Nagreg yang dikhususkan untuk kendaraan dari Timur ke Barat ini menyuguhkan pemandangan yang baru bagi para pengendara bermotor. Semi terowongannya juga memikat pengendara untuk berhenti sejenak dan mengambil gambar sebagai kenang-kenangan. Padahal terpampang jelas sebuah spanduk yang menyatakan pengendara dilarang berhenti di sepanjang jalur Nagreg.
Di sisi kiri jalan tersebut berdiri warung-warung kecil. Warung yang terbuat dari rangkaian bambu dan terp ini adalah milik warga sekitar yang memanfaatkan momen mudik untuk mencari rejeki tambahan. Ada pula di antara mereka yang sengaja membuka 'cabang' warung. Mereka adalah warga yang tadinya berdagang di Pamuncatan. Warung-warung ini melayani pembeli yang akan kembali ke Bandung atau daerah di Barat yang lain.
Karena volume kendaraan yang tertampung cukup besar di Lingkar Nagreg, arus kendaraan berjalan dengan cukup lancar. Perlambatan terjadi hanya di mulut jalur tersebut karena terjadi penyempitan jalan yang tadinya tiga lajur menjadi dua lajur.
Arus balik yang terjadi sejak Sabtu (3/9) berjalan dengan lancar di Nagreg. Pada penyempitan jalan kendaraan tidak dapat menyalip kendaraan lain yang ada di depannya. Namun demikian arus lalu lintas tidak mengalami masa diam yang lama. Arus tetap berjalan meskipun perlahan. "Pantauan dari Cileunyi ke Nagreg tidak ditemukan adanya kepadatan dan kemacetan," ujar Kepala Polres Bandung, AKBP Sony Sonjaya, Ahad (4/8).
Tidak ada gading yang tak retak. Kehadiran Lingkar Nagreg tidak membahagiakan semua orang. Jalur yang dikunjungi Predisen SBY ini sempat dikecam dan diblokir oleh warga setempat. Penyebabnya adalah kebijakan satu arah di jalur lama Nagreg yang mengakibatkan turunnya omset penjualan warga yang sebagian besar merupakan pedagang. "Beberapa hari terpaksa tutup karena tidak ada yang lewat," ujar pemilik Warung Budi yang terletak di Jalan Cagak.
Walaupun pemerintah daerah telah memberikan izin kepada warga untuk mendirikan warung di Lingkar Nagreg, warga tetap tidak merasa puas. Setelah melakukan aksi pada Sabtu siang serta kembali diulangi pada malam hari, pihak berwajib akhirnya memberlakukan sistem dua arah di jalur lama Nagreg.
Jalur baru dipakai untuk pemudik yang berasal dari arah Tasikmalaya, Sony menjelaskan. Dan jalur lama yang melalui jalan Cagak akan dipakai untuk pemudik dari arah Garut. Ini bertujuan agar para pedagang dapat memperoleh rezkinya dari situ. Selain itu kemacetan juga akan terhindari.
Dengan diberlakukannya sistem di atas, dua pihak akan diuntungkan. Para pedagang tidak kehilangan pelanggan mereka dan ruas jalan yang dipakai untuk arus balik akan semakin lebar. Dan kemacetan yang setiap tahun menimpa Nagreg pun tidak lagi terjadi.