M Nuh: Realisasikan Prinsip Hidup Anfaisme

Red: Didi Purwadi

Rabu 31 Aug 2011 09:37 WIB

Mendiknas M Nuh Mendiknas M Nuh

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh, mengajak masyarakat merealisasikan prinsip "anfa'isme". Yaitu, prinsip hidup yang selalu berkeinginan untuk memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan yang berlebih terutama bagi masyarakat jamak.

"Jadi, kemuliaan seseorang itu ditentukan oleh kemampuannya dalam memberikan kemanfaatan, kemaslahatan bagi orang lain atau masyarakat jamak," kata M Nuh ketika menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1432 Hijriah di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, prinsip tersebut didasarkan pada ajaran Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling besar dalam memberikan kemanfaatan bagi manusia. "Dengan logika terbalik, maka ketidakmuliaan (kehinaan) seseorang itu ditentukan oleh kemudharatan yang ditanggung, diderita orang lain yang diakibatkan oleh perilaku dirinya," katanya.

Penerapan konsep anfa'isme tidak mengharuskan atau mensyaratkan seseorang berada pada hirarki struktural atau jenjang manajemen-organisasi atau status sosialnya. "Tetapi di manapun posisinya, apapun pekerjaannya (yang diperbolehkan peraturan), selama dia mampu mengoptimalkan posisi dan tugas dalam lingkup kewenangannya, sehingga mampu memberikan kemanfaatan terbaiknya bagi masyarakat jamak, maka itulah orang yang terbaik," katanya.

Mendiknas menilai prinsip anfa'isme dapat direalisasikan jika masing-masing individu dalam masyarakat mengamalkan konsep bersyukur. Syukur memiliki tiga wilayah yaitu "hamdallah" yang merupakan ungkapan syukur dalam bahasa lisan. Optimisme dan berpikiran positif (positive thinking) merupakan kejiwaannya.

Mendaya-manfaatkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki agar memberikan kemanfaatan sebanyak-banyaknya terutama bagi masyarakat jamak merupakan bahasa perbuatannya. "Itulah hakekat syukur," katanya.

Terpopuler