Panggung Takbiran Berjejer, Tanah Abang Sulit Bergerak

Rep: C05/ Red: Didi Purwadi

Rabu 31 Aug 2011 01:28 WIB

Malam takbiran (ilustrasi) Foto: Republika/Yogi Ardhi Malam takbiran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Jalan di sepanjang Tanah Abang saat malam takbiran macet. Penyebabnya ternyata berderet-deret panggung yang ada di sepanjang jalan untuk merayakan takbiran pada Selasa (30/8) malam ini.

Seruan takbir memang dikumandangkan dari tiap-tipa panggung kecil yang telah disediakan ini. Pukulan bedug juga bertalu-talu menyambut datangnya hari kemenangan bagi umat Islam. Lebih dari lima buah panggung yang ada di kanan kiri jalan ini pun membuat macet.

Kemacetan pun ditambah dengan banyaknya kendaraan yang diparkir sekenanya di pinggir-pinggir jalan. Memang, mereka memilih posisi yang paling strategis untuk melihat puncak perayaan takbiran ini: kembang api.

Kembang api pun menghiasai angkasa berpuluh-puluh kali. Pun besarnya bermacam-macam, juga berbagai model yang dinyalakan. Panitia takbir setempat pun menyediakan tempat khusus, di tengah pembatas jalan, untuk menyalakan kembang api yang jumlahnya ratusan ini.

Pemandangan indah dan meriah dari letusan-letusan kembang api inilah yang membuat banyak pengendara berhenti. Terutama mereka yang mengendaraai sepeda motor.

Namun, tak hanya sampai disitu saja penyebab macet di jalan menuju jalan Mas Masyur ini. Beberapa pemuda laki-laki dan perempuan, terkesan merayakan takbiran, dengan terlalu heboh.

Mereka tak berpakaian muslim ataupun menyerukan takbir. Mereka malah berjoget-joget di atas sebuah bus.

Bus yang berhenti dan menyebabkan macet ini adalah bus besar dengan nomor jurusan 213 jurusan  Kampung Melayu – Grogol. Bus dihentikan di tengah jalan dan dipasangi spanduk yang bertuliskan tangan seadanya di atas kain putih yang lebar.

Dari pantauan Republika, di depan bus yang berhenti tadi, beberapa pemuda terlihat duduk santai dan sesekali berjoget ria bersama teman-temannya. Mereka bahkan tak menghiraukan parahnya kemacetan yang telah mereka perbuat.

Pemandangan yang lebih membuat miris adalah yang di atas bus. Beberapa pemuda mengenakan kaca mata hitam, membunyikan terompet dan berjoget, bahkan lonjak-lonjak, di atas atap bus yang berwarna putih dan terlihat rusak itu.

Ketika Republika berada di sisi kiri bus tersebut, atap bus pun terlihat bergoyang-goyang naik turun akibat ulah mereka. Namun, mereka tak berhenti. Mereka terus saja lonjak-lonjak dengan berirama sambil mengibarkan bendera besar ke kanan dan kiri. Apakah harus dengan yang seperti ini cara merayakan malam takbiran di Jakarta?

Terpopuler