'Balik Kampung' Tradisi Mudik ala Malaysia

Red: Stevy Maradona

Ahad 28 Aug 2011 21:19 WIB

Bendera Malaysia. Ilustrasi Foto: . Bendera Malaysia. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia, Idul Fitri dimanfaatkan sebagai momentum untuk berkumpul kembali bersama keluarga dan orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman masing-masing atau mudik. Hal serupa juga terjadi di Malaysia.

Berlebaran di kampung halaman memang memberikan arti penting khususnya bagi umat Islam di Malaysia. Setiap tahunnya kegiatan "Balik Kampung" juga menjadi tradisi warga negeri jiran ini terutama mereka yang bekerja di kota besar seperti Kuala Lumpur yang kembali ke kampung halamannya.

Apalagi pemerintah Malaysia juga memberikan waktu liburan panjang kepada warga negaranya pada saat Idul Fitri 1432 Hijriah yang dalam kalendar Malaysia jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011.

Eksodus warga Kota Kuala Lumpur menuju ke sejumlah wilayah di utara ataupun selatan Semenanjung Malaysia semakin ramai yang ditunjukkan dengan kian padatnya kendaraan bermotor yang melalui ruas jalan tol.

Kota Kuala Lumpur serupa dengan Jakarta yang menjadi tempat tujuan untuk bekerja. Kalau Jakarta tentunya banyak dipadati oleh warga daerah dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi ataupun daerah lainnya.

Begitupula dengan kota Kuala Lumpur sebagai pusat ibu kota dan pusat bisnis juga menjadi tujuan bekerja bagi warga dari sejumlah wilayah di semanjung Malaysia (Kelantan, Terengganu, Perlis, Kedah, Perak, Johor) ataupun Sabah dan Serawak.

Mereka yang mudik terutama yang di Semenanjung menggunakan transportasi umum seperti kereta api ataupun bus serta kendaraan pribadi. Di negara ini, pulang kampung dengan kendaraan pribadi lebih dominan mengingat umumnya warga Malaysia yang telah bekerja di Kuala Lumpur telah memilikinya.

Bagi warga negara Malaysia terutama yang sudah bekerja mendapatkan kemudahan untuk membeli kendaraan seperti mobil dengan kredit berbunga rendah dan jangka waktu yang panjang (bisa sembilan tahun).

Seperti yang dilakukan oleh Sabaruddin dan keluarganya, waktu cuti kerja dan cuti anak sekolah dimanfaatkan untuk balik kampung ke Perlis, wilayah di Semenanjung Malaysia yang jaraknya sekitar 409,46 kilometer dari Kuala Lumpur atau sekitar tujuh jam dengan mengendarai mobil.

Namun demikian, penggunaan transportasi seperti kereta api dan bus juga banyak. Bagi mereka yang menggunakan kereta api dan bus selain pertimbangan soal harga tiket yang tidak terlalu mahal tapi juga karena tidak sampai bertumpuk ataupun berdiri sehingga penggunanya bisa lebih nyaman dan aman.

Menurut sejumlah penumpang bus di terminal bus Pudu, pulang kampung saat ini lebih lancar dan aman sebab bus yang tersedia mencukupi dan kendaraannya juga bagus-bagus.

Mengenai kondisi kelaikan bus, memang sangat diperhatikan oleh petugas dari dinas perhubungan Malaysia yang mensyaratkan bus harus masuk depo dulu untuk di periksa sebanyak dua kali dan bila dinyatakan laik jalan maka kendaraan tersebut bisa dioperasikan. Bila ada perusahaan bus yang tidak mentaatnya akan dikenai sanksi dan denda.

Di sisi lain, memang pada saat menjelang Lebaran ini, ada juga sejumlah perusahaan bus yang nakal dengan menaikkan harga tiket resmi dengan alasan memang ada kenaikan untuk tiket lebaran dari 39 ringgit menjadi 45 ringgit untuk Alor Setar, Kedah-Kuala Lumpur, demikian kata Norhayati Mohd Akhir(28) yang ingin menggunakan jasa kendaraan bus untuk mudik tersebut.

Sedangkan untuk kereta api banyak pula digunakan oleh warga yang mau mudik seperti ke Kelantan. Kereta api disini cukup nyaman dan tersedia pula gerbong yang menyediakan tempat tidur mengingat waktu tempuh ke wilayah tersebut cukup lama lebih 12 jam.

"Saya naik kereta api biar tidak repot karena barang yang saya bawa banyak. Saya ada tiga koper besar, kalau naik bus repot naik turunkan barangnya," kata Amiruddin, asal Kelantan yang hendak mudik ke kampung halamannya.

Warna Warni

Terpopuler