Masjid Klenteng Cheng Ho Diserbu Warga

Red: Stevy Maradona

Jumat 26 Aug 2011 11:50 WIB

Laksamana Cheng Ho Laksamana Cheng Ho

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA-- Masjid Muhammad Cheng Hoo yang terletak tidak jauh dari Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Surabaya menjadi objek "wisata Ramadhan" selama bulan puasa 1432 Hijriah.

"Ya, banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang datang ke sini, termasuk selama Ramadhan," kata kepala kantor Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, ustadz H Hasan Basri, Jumat.

Muslim keturunan China asal Palembang itu menjelaskan, wisatawan yang datang umumnya merasa heran dengan adanya masjid yang berarsitektur klenteng, seperti Masjid Muhammad Cheng Hoo di Surabaya, Jatim.

"Tapi, mereka akhirnya dapat mengerti setelah diberi penjelasan dan diberi buku, apalagi setelah mereka masuk ke dalam masjid, maka mereka baru yakin kalau benar-benar tempat shalat," paparnya.

Menurut dia, hampir setiap bulan selalu datang puluhan wisatawan asing. Mereka antara lain dari Singapura, Malaysia, Vietnam, China, Belanda, Prancis, Amerika, Australia, dan sebagainya.

"Kalau wisatawan dari dalam negeri ya hampir setiap hari, bahkan jamaah masjid ini di musim Ramadhan tidak hanya datang dari Surabaya, tapi ada juga jamaah yang datang dari Sidoarjo, Mojokerto, dan Gresik," tuturnya, menjelaskan.

Hal itu menyebabkan kapasitas masjid sekitar 300-an jamaah itu selalu membeludak, sehingga takmir masjid selalu membentangkan karpet di halaman masjid untuk menampung sekitar 1.500-2.000 jamaah yang shalat di Masjid Cheng Hoo.

"Mereka datang sejak sore hingga Shalat Tarawih, sedangkan untuk takjil hanya disediakan 600 bungkus takjil pada setiap hari berupa es dan kurma, lalu setelah Shalat Maghrib berjamaah ada takjil sesi kedua berupa nasi dan lauk pauk," ujarnya, menambahkan.

Masjid Muhammad Cheng Hoo menjadi sasaran wisata, karena masjid itu memiliki arsitektur unik dengan nuansa Tionghoa. "Rancangan awal masjid itu diilhami dari bentuk masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi, sehingga ada makna filosofi pada setiap bagian dari bangunannya," katanya.

Misalnya, di bagian atas bangunan utama berbentuk segi delapan (pat kwa) yang dalam bahasa Tionghoa berarti jaya dan keberuntungan. Ada juga makna sejarah untuk masjid itu terkait sejarah Laksamana Cheng Hoo.

Terpopuler