Perlu Komitmen Nasional untuk Hindari Perbedaan Lebaran

Rep: Rahmat Santosa Basarah/ Red: Siwi Tri Puji B

Rabu 24 Aug 2011 12:54 WIB

Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Foto: Tahta/Republika Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Perlu adanya upaya mengintegral pendekatan penghitungan (hisab) dan penghitungan bulan atau ru'yah. Guna menghindari adanya perbedaan jatuhnya Idul Fitri. Ini ditegaskan Wakil Sekjen MUI, Dr  Amirsyah Tambunan dalam siaran pers yang diterima Republika di Jakarta, Rabu (24/8).

''Dalam rangka menghindari perbedaan cara pandang, maka penting membuat komitmen secara nasional dan internasional untuk menentukan keriteria wujud bulan (wujudul hilal), sehingga dapat diterima oleh semua pihak,'' tandas Amirsyah.

Amirsyah mengungkapkan jika terjadi perbedaan Idul Fitri 1432 H, maka pihaknya meminta kepada kaum muslimin untuk menghargai dan menghormati perbedaan dengan menjunjung tinggi rasa ukhuwah Islamiyah.

MUI juga mengajak kaum Muslimin merayakan Idul Fitri dengan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Sehingga dapat merayakan Idul Fitri 1432 H secara sederhana dan terhindar dari perbuatan mubazir. ''Karenanya, kaum Muslimin perlu meningkatkan kepedulian kepada sesama,'' tambahnya.