Demi Ramadhan, Bisnis di Dearborn Michigan Sesuaikan Diri

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

Senin 22 Aug 2011 15:30 WIB

Eastborn Fruit Market Foto: On Islam Eastborn Fruit Market

REPUBLIKA.CO.ID, DEARBORN, AS — Dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan Muslim saat bulan Ramahan, sejumlah bisnis akhirnya menyesuaikan jam kerja dan mencoba mengakomodasi komunitas Muslim luas.

Selama Ramadhan kami melihat banyak wajah baru. Antrian lebih panjang dan tempat parkir selalu penuh," ujar seorang manajer toko Eastborn Fruit Market, Ali Berry

"Konsumen datang dengan daftar belanja penuh dan orang tua membawa serta anak-anak mereka untuk mendapatkan barang-barang dengan cepat.

Akhirnya demi mengakomodasi perubahan itu, beberapa bisnis termasuk Eastborn, melakukan perubahan selama Ramadhan. "Semua pekerja, baik yang berpuasa atau tidak, akan bisa menikmati makanan yang disiapkan di Byblos Banquet Hall, selama 30 hari dan makanan itu dibayar sepenuhnya oleh pemilik," ujar Berry.

"Ternyata mengejutkan, banyak pekerja akan memilih bersantap di Eastborn ketimbang di rumah," tuturnya.

Sementara bisnis-bisnis lain mengubah jam kerja mereka untuk menyesuaikan kebutuhan Muslim yang selalu terjaga hingga dini hari untuk bersantap sahur. Mango Café di Waren Avenue, adalah salah satu dari banyak titik di Dearborn yang menjadi tempat berkumpul para Muslim.

"Pada saat siang kami mungkin sepi pembeli, tapi semua tertutup dengan aktivitas penjualan malam," tutur Mohammad Fahs, anak lelaki pemilik kafe tersebut.

Ia menuturkan bisnis tetap menjanjikan secara ekonomis dalam waktu-waktu puncak yakni antara pukul 2 hingga 4 dini hari. Bahkan Mangos Café menyiapkan menu khusus bagi Muslim di malam Ramadhan

"Kami mengeluarkan menu Ramadhan setiap tahun yang mengandung zaatar (roti dengan topping bumbu berbasis oregano) dan Allita (tipe roti dengan keju dan tomat) ujar Fahs.

"Kita juga memutar opera sabut Arab setiap malam pukul 10 malam untuk orang-orang yang ingin duduk lama setelah berbuka," ujarnya.

Rupanya setiap kali Ramadhan, beberapa bisnis malah mengeruk keuntungan lebih tinggi, sementara ada pihak yang menurun.

"Bisnis restoran dan makanan mungkin yang paling terkena efek penurunan pendapatan, namun toko-toko grosir terutama bahan makanan mengalami peningkatan. Itu terjadi karena para keluarga ingin menyiapkan makanan segara setiap hari untuk berbuka di malam hari,: ujar Amal Berry Brown, penduduk Dearborn dan anggota eksekutif Bank Comerica.

Tak seperti restoran, bisnis lain menunggu Ramadhan setiap tahun justru untuk mendongkrak pendapatan. "Meski beberapa restoran mengaku terpukul, beberapa yang mengakomodasi ruang khusus bagi konsumen Muslim justru lewat menu-menu iftar atau katering akan mengalami peningkatan pemasukan.

Pekerja Muslim mungkin akan menemukan tantangan ketika berhadapan dengan konsumen saat jam-jam puasa. "Bagian tersulit mungkin kami ta bisa mekan dan minum sementara panas di luar menguras energi kita lebih besar. Namun di akhir semuanya terasa berharga," papar Amal Berry.

Menurut Commerica Berry Brown, kesabaran adalah kunci penting untuk menjaga bisnis tetap hidup di bulan ini. "Sabar dengan konsumen dan pegawai yang mungkin adalah Muslim dan sedang berpuasa. "Ingatlah puasa untuk 16 jam bisa sangat sulit bagi beberapa orang," ujarnya.

Mereka yang berpuasa, imbuhnya, bisa jadi mengalami pelambatan performa dan mungkin mengalami ganguan dan kekurangan tidur.

Terpopuler