Mualaf Steven Indra: Puasa Buat Berat Badan Naik

Rep: Agung Sasongko/ Red: Johar Arif

Kamis 21 Jul 2011 09:37 WIB

Steven Indra Foto: Republika Steven Indra

REPUBLIKA.CO.ID - Bulan Ramadhan merupakan momentum bagi setiap Muslim untuk terus memperbaiki diri. Memang tidak harus bulan Ramadhan, tapi kehadiran bulan penuh berkah ini dirasa tepat dan strategis dalam mempersiapkan iman dan takwa dalam menjalani 11 bulan berikutnya.

Demikian diungkapkan Steven Indra, penggiat dakwah di kalangan mualaf sekaligus pendiri laman mualaf.com, kepada Republika.co.id. "Puasa adalah proses pembelajaran,” katanya.

Steven, yang memutuskan memeluk Islam tahun 2000, mengalami banyak perubahan saat menjalani ibadah puasa. Di awal, dia mengalami kesulitan lantaran masih dalam proses adaptasi sebagai seorang Muslim. Proses adaptasi itu butuh waktu lama. "Sekarang saya begitu bahagia menantikan bulan puasa," papar dia.

Awalnya, Steven hanya menjalani puasa setengah hari. Namun, setiap harinya dia tambah 1 atau 2 jam. Hingga pada akhirnya dia berhasil menyelesaikan ibadah puasa sesuai waktunya. "Nah masalahnya, pola makan terukur saat berpuasa membuat berat badan saya meningkat drastis," kata dia tertawa.

Menurut Steven, pengalaman berpuasa bukanlah yang pertama kali. Sebelum memeluk Islam, ia sudah merasakan atmosfer puasa. Sebab, di keyakinannya sebelumnya, dikenal pula ibadah berpuasa. "Tapi lebih berat, sebab tidak semua berpuasa. Jadi, seolah puasa sendiri," kata dia.

Kondisi itu berubah saat dirinya memeluk Islam. Tantangan berat dalam berpuasa seolah hilang karena ia tak sendirian dalam berpuasa. Ada saudara-saudara seiman yang menemaninya berpuasa. "Setelah memeluk Islam, saya senang ada yang menemani berpuasa," kata dia.

Selepas berhasil menjalankan puasa penuh, Steven menghadapi tantangan lain, yakni menjalankan ibadah tarawih dan tadarusan. Steven kala itu masih dalam taraf belajar. Jadi, ada semacam "rasa terkejut" dalam hati Steven. "Sulit mas, habis nikmat berbuka lantas tarawih. Lantaran perut kekenyangan, saat ruku, seperti  megap-megap," kata dia.

Selanjutnya, saat tadarus, dia hanya celingak-celinguk, tengok kanan-kiri, lantaran tidak mengetahui arti dari bacaan. "Saya saat itu alih-alih tahu bacaan itu, membaca saja belum bisa. Jadi, saya coba belajar menjadi pendengar yang baik," kata dia.

Selanjutnya, Steven coba untuk belajar memahami setiap ayat Alquran. Setidaknya, harus ada perubahan dari sekedar menjadi pendengar yang baik. Sedikit-sedikit, ia mulai memahami. "Ya, harus ada pekembangan bukan," kata dia.

Berhasil menjalani ibadah puasa dan tarawih, Steven merasakan kenikmatan tiada tara. Ketenangan yang dicari ternyata mudah didapat alias gratis. Steven pun bersyukur dengan kondisi itu. Apalagi banyak individu mencari ketenangan harus merogoh kocek yang tidak sedikit. "Orang tuh di dunia ini berani bayar mahal banget untuk mendapatkan ketenangan. Kita yang Muslim gratis mendapatkannya," kata dia.

Berbicara soal tradisi, Steven punya hobi berburu makanan saat ramadhan. Walhasil, berat badannya lagi-lagi melonjak. Selain berburu kuliner, ia coba untuk memperkuat ibadah. Dia tidak muluk, yang utama lima shalat waktu terpenuhi. "Ya, tambahlah salat sunah," kata dia.

Soal target puasa, Steven tidak memiliki capaian tertentu. Baginya puasa tidak identik dengan target. Puasa itu harus dinikmati dan dimaknai. Menurut dia, percuma ada target bila makna dari puasa tidak mendarah daging dalam aliran darah keyakinan.

Ihwal bagaimana umat Islam memanfaatkan momentum bulan puasa, Steven mengatakan agar umat Islam memperkuat identitasnya sebagai Muslim guna mewujudkan konsep rahmatan lil alamin. Pengejawantahan konsep itu dimulai dari menjalankan ibadah puasa secara kaffah, perbanyak amal terhadap sesama. "Itu saja yang harus dicapai umat Islam dalam menyambut bulan puasa," pungkas dia.

Terpopuler