REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ramadhan tiba. Momentum ini bisa dimanfaatkan setiap Muslim untuk belajar mengurangi dan berhenti merokok. Hal itu diungkapkan Direktur Operasional Sahid Sahirman Memorial Hospital, drg.Yusrahma Nurina, MARS kepada Republika.co.id.
Dikatakan Yusrahma, momentum mengurangi dan berhenti merokok bisa dilakukan kapan saja. Namun, bulan Ramadhan bisa jadi momentum yang tepat mengingat setiap Muslim diwajibkan menahan nafsu. "Nafsu merokok merupakan salah satu tujuan yang mungkin tidak disadari setiap Muslim," kata dia.
Ketidaksadaran itu, menurut dia, tidak terlepas dari pandangan ibadah puasa hanya sebatas aspek kewajiban. Namun, konteks pembelajarannya diabaikan. Dalam kasus itu, tak heran bila setiap Muslim menganggap momen puasa hanya sesat belaka tapi tidak berkelanjutan. "Itu masalahnya," kata dia.
Padahal, waktu dalam berpuasa begitu ideal. Seperti misal, saat buka, sewajarnya diisi dengan makanan yang menyehatkan. Bukan dengan diisi asap rokok. Hal yang sama juga berlaku saat sahur. "Saya kira, aneh bila tubuh diisi racun bukan asupan bergizi," kata dia.
Untuk itu, setiap Muslim perlu belajar sugesti, bentuk pemikiran bawah sadar, untuk tidak merokok saat berbuka ataupun sahur. Sugesti itu akan menciptakan kebiasaan yang terukur. Ketika sudah menjadi kebiasaan, hal itu secara otomatis akan menjadi mind set dasar seseorang untuk menahan keinginan untuk merokok.
Namun, kondisi itu kembali lagi pada dasar niat individu bersangkutan. Kalau niatnya semacam angin lalu, sudah dipastikan momentum ramadhan akan sia-sia. Selain itu, adalah tugas para ulama untuk menjadi contoh teladan setiap Muslim agar bisa memanfaatkan momentum Ramadhan sebagaimana mestinya. "Ulama juga punya peranan," pungkas dia.