Masya Allah...Setiap Tahun Dubai Buang 1000 Ton Limbah Makanan Berbuka Puasa

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

Selasa 16 Aug 2011 21:02 WIB

Seorang staf hotel di Dubai membuang makanan sisa menu berbuka puasa. Foto: Albawaba.com Seorang staf hotel di Dubai membuang makanan sisa menu berbuka puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI - Ratusan tenaga kerja asing tengah menanti jamaah Masjid Hassan Fatima yang datang untuk berbuka. Mereka mengawasi meja berisikan buah-buahan, pakora (makanan sejenis bakwan dan gorengan di Timur Tengah) dan biryani yang akan menjadi menu berbuka puasa.

Didekatnya, salah seorang rekan mereka tengah basah kuyup kerepotan mengaduk-aduk nasi, sayur dan daging yang tengah direbus dalam kuali besar. Mereka dalam hati tengah menghitung mundur detik-detik waktu berbuka.

Ya, itulah keseharian aktivitas Masjid yang terletak di pusat kota,  hanya beberapa meter dari sungai yang membelah Dubai. Setiap harinya, Masjid Hassan Fatima menyedikan menu berbuka puasa bagi 1.500-1.800 fakir Miskin.

Dengan jumlah fakir miskin yang demikian besar, makanan dan minuman yang disediakan ludes. Sedikit menyisakan sampah sisa-sisa masakan yang harus dibuang.

Kondisi itu tidak terlepas dari jamaah yang datang tidak hanya fakir miskin tapi juga pekerja migran dengan bayaran kecil yakni 1.000 dirham ($ 272) per bulan. Gambaran nyata itu jelas kontras dengan predikat Dubai, sebagai pusat bisnis komersil kawasan Timur Tengah.

"Kami hampir tidak memiliki limbah apapun. Kami memberikan semua makanan dan minuman kepada mereka,” ujar Nour Muhammad, kordinator relawan.

Namun kenyataannya berbeda di sejumlah hotel di Dubai. Sejumlah pengelola hotel mengatakan banyak makanan yang tersisa yang dibuang langsung ke tempat sampah. Jumlah sampah yang terbuang menyumbang 20 persen dari total sampah di Dubai. Diperkirakan sekitar 1.850 ton makanan selama tahun 2010 mengisi tempat penampungan sampah di Dubai.

Data Harian nasional berbasis di Abu Dhabi mengungkap setidaknya 500 ton makanan dibuang selama Ramadhan tahun lalu. “Semua sisa makanan langsung dibuang,” kata Nazir, salah seorang pelayan hotel berbintang lima di Dubai.

"Jika orang memesan kamar maka kita akan membuatnya segar kembali. Tapi kita memiliki banyak limbah, itu masalahnya, "kata Nazir.

Kampanye Anti-Makanan Mubazir

Wanita Belgia yang telah lama tinggal di Dubai, Els Huybrechts, 36 tahun, juga mengeluhkan praktek pembuangan berton-ton makanan berbuka puasa. Ia pun memulai membentuk grup "Jadikanlah Menu Berbuka Sederhana" untuk mendesak warga dan restoran agar berhenti membuang makanan.

Orang-orang, perusahaan dan organisasi diharap bisa bergabung dalam kampanye yang telah memiliki akun di Facebook tersebut.

Els berencana meyakinkan hotel dan restoran untuk mengurangi ukuran makanan berbuka puasa. "Ada kelebihan produksi dalam menu makanan berbuka yang berukuran sangat besar dalam bentuk prasmanan, dan semua makanan itu sia-sia," ujarnya seperti dilansir Albawaba.com pekan lalu.

"Sangat memalukan, ketika Ramadan seharusnya adalah tentang kesederhanaan dan kedermawanan, tapi hotel-hotel bintang lima berlomba-lomba demi menarik hati konsumen. Ya saya tahu itu, tapi setiap orang juga tahu anda tak bisa makan banyak dan langsung mudah kenyang begitu berbuka puasa," ujarnya. "Kami semua tahu semua pemborosan itu terjadi, tapi tak seorang pun melakukan sesuatu terhadapnya. Saya sungguh jengkel."

Els bukanlah seorang Muslim, namun ia mengaku berpuasa saat Ramadhan. Ia telah menjadi penduduk di Dubai selama tiga tahun dan bekerja di sektor marketing. "Saya sangat ingin melanjutkan kampanye 'Jadikanlah Menu Berbuka Sederhana', tapi saya tak punya dana, saya harus mencari sponsor."

Terkontrol

Ahli makanan  hotel JW Marriott dan Hilton di Dubai mengatakan  mereka berencana tidak sembarang membuang makanan kendati menyiapkan makanan lebih banyak 15 persen saat bulan Ramadhan.

"Kami memiliki sistem kontrol yang membantu kita menghindari kelebihan," kata Simon Lazarus, Direktur senior  yang menangani makanan dan minuman, jaringan hotel Hilton untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Lazarus mengatakan sekalipun ada sisa makanan pihaknya tidak pernah membuangnya sebab mereka akan mendaur ulang makanan itu untuk diberikan kepada karyawan mereka.

Mencederai Ibadah Puasa

Kenyataan bahwa banyaknya limbah makanan selama Ramadhan mengetuk keprihatinan dikalangan ulama. Menurut ulama, membuang-buang makanan bertentangan dengan semangat puasa.

“Membuang-buang berkah yang diberikan Allah sungguh ironis apalagi bila melihat saudara-saudara kita di Ehtiopia yang tengah kelaparan,” lata Cendikiawan Muslim, Syeikh Muddasir Siddiqui.

Menurut Muddasir, manusia yang membuang sia-sia berkah dari Allah merupakan saudara setan. "Hotel harus mengkaji kembali jumlah makanan yang mereka sediakan. Persoalan ini tidak menyangkut masalah citra sebuah hotel berbintang, tapi perlu ada kepekaan sosial apalagi masih banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung,” kata Muddasir.

Organisasi pengumpul sisa-sisa makanan, Hefth al-Ne’ma, merupakan pihak yang paling sibuk selama Ramadhan. Organisasi ini telah mengumpulkan sisa-sisa makanan dari pertemuan besar seperti pernikahan dan jamuan berbuka puasa yang diadakan hotel-hotel di Dubai.

"Ada banyak orang yang membutuhkan. Hanya dengan cara ini, kami dapat menjembatani kesenjangan dan ini  merupakan cara yang menarik untuk menjembatani kesenjangan," kata Mishaal al-Gergawi, pengamat sosial asal Dubai.