Putik Bunga Dandelion dan Ramadhan Ceria di Negeri Viking

Red: Muhammad Subarkah

Sabtu 01 Jun 2019 02:31 WIB

Bunga putih dari gulma dandelion di Norwegia. Foto: Savitri Icha Khairunnisa Bunga putih dari gulma dandelion di Norwegia.

Oleh: Savitry Icha Khairunnisa, Perantau Indonesia di Norwegia

"Some see it as a weed. Some see it as a wish."

(Beberapa melihatnya sebagai gulma. Beberapa melihatnya sebagai keinginan)

Kehadiran dandelions bagi para penyuka berkebun adalah suatu gangguan. Pertumbuhannya cepat sekali, mulai dari fase daun, berbunga kuning, memutih, dan akhirnya terbang terbawa angin. Siap menjadi tanaman baru yang akan tumbuh dengan cepat dan banyak banget. Susah dibasmi sampai ke akarnya, kecuali dengan bantuan obat pembasmi khusus (weed killer).

Orang Norwegia menyebutnya "ugress" (non-rumput), karena kehadirannya di antara para rumput nan menghijau itu sungguh merusak pemandangan.

Saya termasuk dalam kelompok ini. Halaman berumput yang ditingkahi kehadiran dandelion terkesan sebagai halaman yang kurang terawat. Kecuali kalau kita membayangkan padang rumput liar yang luas seperti di serial TV "Little House on the Prairie". Beda lagi itu ceritanya. Yang tahu film djadoel ini, berarti kita seumuran.

Memberantas dandelion ini jadi salah satu agenda Ramadhan saya. Seminggu sekali saya memotong rumput dan mencabuti dandelion meski nggak sampai ke akarnya. Yah, alhamdulillah saya masih cukup baik hati untuk memberi mereka kesempatan untuk hidup.

Ternyata tanaman yang termasuk gulma ini juga banyak khasiatnya. Putik bunganya yang kuning itu bisa dibuat teh atau sup. Sementara daunnya bisa dimanfaatkan untuk salad. Saya sendiri belum pernah coba, sih. Agak geli membayangkan tanaman ini yang sering jadi sasaran kucing atau anjing buat hajat.

Apapun itu, dari dandelion kita bisa belajar tentang keteguhan (resilience). Meski banyak yang mencoba menghalangi, ia akan terus tumbuh di manapun ia mau. Yang bisa menghentikannya hanyalah kedatangan musim gugur yang menyuruh semua tanaman untuk hibernasi hingga kedatangan musim semi tahun depan.

Dandelion juga mengajarkan tentang keindahan dan harapan akan kehidupan. Kalau nggak salah, itu pelajaran moral nomor lima puluh satu.

Sekali-kali kita ngomongin taneman, Gaess. Ini usaha untuk mengademkan timeline yang akhir-akhir ini penuh dengan berita dari tanah air mengenai meroketnya harga-harga tiket dan tarif tol. Meroket bagaikan putik-putik dandelion yang terbang terbawa angin dan susah ditangkap.

Semoga kita dimampukan untuk mengusahakan ongkos yang serba melangit itu demi bisa mudik. Yang belum mampu, anggap aja ini ujian sabar. Yang penting, hadirkan empati dalam keadaan apapun.