Perbedaan Lebaran Jangan Dilestarikan!

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: cr01

Selasa 30 Aug 2011 11:54 WIB

Hilal atau bulan muda (ilustrasi) Foto: viajeislam.wordpress.com Hilal atau bulan muda (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Pengamat pendidikan, Daniel M Rosyid, berpendapat "test case" kekuatan umat Islam dapat dilihat dari penentuan 1 Syawal 1432 Hijriah. Ia merujuk pada perbedaan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri tahun ini yang tidak bersamaan.

Meski pemerintah menetapkan 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011, namun ormas Islam Muhammadiyah melaksanakan Hari Raya Idul Fitri pada Selasa, 30 Agustus 2011. Menurut Daniel, tentu aneh jika ada satu kelompok memutuskan wajib berbuka pada suatu hari, sementara kelompok lainnya memutuskan wajib berpuasa pada hari yang sama.

Dijelaskannya, tidak banyak yang menyadari bahwa imbauan agar pihak-pihak yang berselisih soal itu agar saling menghormati keputusan masing-masing sebenarnya hanya alat agar perpecahan umat Islam tetap lestari berkelanjutan. "Sesungguhnya para mukmin itu bersaudara (ikhwah), sehingga bila terjadi perselisihan hendaknya diselesaikan melalui musyawarah," ujar Daniel, Selasa (30/8).

Dengan kata lain, ia menilai perbedaan itu jangan diteruskan dan perlu dicarikan titik temu. Hal itu wajib dilakukan agar ditemukan perbedaan yang terus terjadi dalam penentuan 1 Syawal bisa diakhiri. Bukan malah membiarkan perbedaan tersebut awet tak terselesaikan dengan dalih saling menghormati.

Yang terjadi sebenarnya, kata dia, kesombongan kelompok dan elite ormas Islam yang tidak cukup berbesar hati untuk berendah hati menemukan kesepakatan. Apalagi soal 'hari apa, hari ini' sebenarnya hanya sebuah kesepakatan, bukan semata-mata perhitungan matematis. Karena itu, ia mengaku terus prihatin jika persoalan itu tidak juga dicarikan jalan keluar. Sebab yang dirugikan adalah umat Islam.