'Penumpukan Jamaah akan Terjadi pada Malam-Malam Ganjil Terakhir'

Rep: c17/ Red: Bilal Ramadhan

Rabu 08 Jul 2015 05:30 WIB

Ketua Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa, Aksa Mahmud Foto: Republika/ Irwan Kelana Ketua Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa, Aksa Mahmud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melakukan kebaikan dan pencapaian tertinggi dalam bulan suci ramadhan mungkin sangat diharapkan oleh banyak umat muslim manapun berada. Atas hal itu Pengurus Masjid Sunda Kelapa mencoba mendatangkan imam dari Madinah untuk melalukan iktikaf dan sholat tahajud pada malam lailatul qodr.

Pertimbangan pertama bahwasanya terlepas dari pada berkah tentu suasana imam dari Madinah ini membawa barokah dan daya tarik terhadap jemaah yang ingin melakukan sholat malam dan iktikaf di Masjid Sunda Kelapa.

"Mungkin yang belum bisa berkesempatan naik umrah atau haji untuk shalat 20 rakaat  di Madinah, maka kita bisa datang saja ke Mesjid Sunda Kelapa," papar Ketua Dewan Pengurus Masjid Sunda Kelapa, Aksa Mahmud, saat diwawancara Republika, Rabu (8/7).

Di samping itu para jamaah menganggap imam dari Saudi yang memberikan ceramah dan memimpin i'tikaf seperti berada di mesjid Nabawi dan Mekkah. "Para jamaah terdorong mengikuti iktikaf dan sholat tahajud di Sunda Kelapa terdorong rasa yang sangat besar. Pasalnya tahun lalu kami tak datangkan imam dari Timur Tengah dan jamaah berkurang," lanjut besan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla tersebut.

Untuk mendatangkan kedua Syekh tersebut sangat tidak sukar, hanya proses visanya saja yang terbilang cukup sulit. Lebih lanjut, Aksa menjelaskan semakin hari nantinya jamaah akan bertambah banyak. Saat ini di malam ke-21 jamaah cukup memadati masjid yang terbilang cukup tua di Jakarta.

"Akan ada penumpukan pada malam ke 25 dan 27, apalagi di malam ganjil. Bisa-bisa pengunjung mencapai 5 ribu ke atas," tutupnya.